Antisipasi Karhutla di Riau, Ini Imbauan untuk Pemancing

0
189
Antisipasi Karhutla di Riau

Sebagai langkah antisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau, masyarakat diminta untuk tidak sembarangan menghidupkan api di lahan.

Hal tersebut karena saat ini Riau sudah memasuki puncak musim kemarau atau musim kering. Kemudian, ada juga imbauan bagi masyarakat yang memiliki hobi memancing.

Tidak Buat Api Sembarangan

Imbauan tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Jim Ghofur.

“Mereka (pemancing, red) diimbau untuk tidak bakar ikan dan buat api unggun dengan sembarangan,” ujarnya, Jumat (11/9/2023).

Ia juga berpesan untuk memastikan dulu api yang digunakan untuk membakar ikan atau api unggun tersebut dalam keadaan padam sebelum ditinggal pulang.

Upaya Antisipasi Karhutla di Riau

Tidak hanya itu, masyarakat juga diminta untuk tidak sembarangan membuang putung rokok ketika berada di lahan yang dikhawatirkan jadi pemicu terjadinya Karhutla.

Jim Gofur melanjutkan, karena saat ini kondisi cuaca di Provinsi Riau semakin panas, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan dengan cara di bakar.

Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau bersama seluruh pemerintah kabupaten/kota se-Riau sudah mengantisipasi terjadinya Karhutla.

Adapun upaya tersebut telah dimulai semenjak awal tahun ini. Bahkan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru sendiri telah menerapkan status Siaga Karhutla hingga tanggal 31 Oktober 2023 mendatang.

El Nino

Kondisi karhutla yang hampir tiap tahun terjadi di Riau makin diperparah dengan fenomena El Nino. Fenomena ini mengakibatkan negara yang terimbas El Nino akan mengalami krisis air atau kekeringan.

El Nino sendiri adalah pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya. Fenomena ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Untuk Indonesia sendiri, BMKG belum melihat adanya tanda-tanda akan diguyur hujan dalam beberapa bulan ke depan. Demikian yang diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan.

“Indonesia sampai sekarang masih mengalami defisit neraca air atmosfer,” ujarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.