#wisataRIAU Warga Antusias Bangun Ekowisata Bukit Rimbang Baling

0
436

Pengembangan wisata berbasis alam (ekowisata) di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling di Kabupaten Kampar, Riau mendapat dukungan antusias dari warga setempat.

“Tujuannya karena kami sadar alam ini harus dijaga untuk anak-cucu kita, dan manfaat dari pariwisatanya bisa untuk memajukan warga setempat,” kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Batu Dinding, Mahwel, kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.

Ia menjelaskan, Pokja Batu Dinding baru dibentuk pada bulan Februari lalu yang seluruhnya berjumlah 14 orang dari Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Desa itu berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling.

Menurut Mahwel, selama ini sudah cukup banyak pengunjung domestik dari warga Kampar dan Pekanbaru yang berkunjung ke Rimbang Baling untuk menikmati keindahan alam berupa hutan, air terjun dan lokasi perkemahannya. Namun, karena belum ada program pengembangan ekowisata, kedatangan pelancong ke daerah itu kerap meninggalkan dampak buruk bagi alam seperti pencemaran sampah dan aksi pengrusakan.

Dengan pendampingan dari WWF, lanjutnya, Pokja Batu Dinding mulai melakukan penataan disekitar lokasi yang berpotensi untuk ekowisata. Salah satu contoh nyata bisa dilihat di lokasi air terjun di daerah itu, dimana Pokja membuat jalur perlintasan yang aman, sarana bak sampah, papan pengumuman, dan tiga pondok untuk beristirahat pengunjung.

“Kami juga terus mencari masukan kepada pengunjung mengenai kesan-kesan mereka terhadap tempat wisata ini, dan apa yang dirasakan kurang berkenan supaya bisa kami perbaiki,” kata Mahwel.

Humas WWF Program Riau, Syamsidar, mengatakan antusias warga sekitar untuk pengembangan ekowisata sangat tinggi sehingga proses penguatan kelembagaan sejauh ini berjalan lancar karena responnya positif. Ia menilai Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling memiliki nilai ekowisata yang cukup tinggi, khususnya di Riau, karena bentang alamnya yang berbukit dan relatif mudah aksesnya.

Tempat itu berjarak sekitar 150 kilometer dari Pekanbaru yang bisa diakses lewat jalan beraspal. Dari desa terdekat, pengunjung bisa memasuki kawasan lewat sungai menggunakan kapal yang disewakan oleh warga.

Menuju lokasi wisata terdekat, yakni air terjun, hanya butuh waktu sekitar 20 menit menggunakan perahu dan 45 menit berjalan kaki. Keindahan alam berupa air sungai yang jernih dan cuaca perbukitan yang sejuk menjadi daya tarik bagi pencinta alam.

Sedangkan, untuk riset dan penelitian, kawasan dengan luas 136.000 hektar itu memiliki tingkat keanekaragaman ekosistem yang sangat tinggi. Di kawasan itu terdapat berbagai flora, termasuk Rafflesia Merah Putih yang tergolong langka. Selain itu, kawasan itu juga menjadi habitat lima kucing hutan, antara lain macan dahan, kucing emas, macan tutul, “marble cat”, dan harimau Sumatera. (Antara Riau)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.