Kamis (31/12) yang lalu, tulisan raksasa Pekanbaru Kota Madani yang berada di persimpangan Bandara Sultan Syarif Kasim II ditutupi oleh spanduk yang bertuliskan “Bertuah Bukan Madani” oleh oknum tidak dikenal.
Hal ini merupakan bentuk protes dari masyarakat yang tidak setuju julukan Pekanbaru Kota Bertuah berubah menjadi Pekanbaru Kota Madani.
Seperti yang kita ketahui bahwa selama ini julukan Kota Pekanbaru adalah Bertuah, yang merupakan kepanjangan dari Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis.
Sedangkan Pekanbaru Kota Madani adalah visi dan misi Wali Kota Pekanbaru, Firdaus dalam mewujudkan Kota Pekanbaru menuju Kota Metropolitan yang Madani.
Diharapkan Kota Pekanbaru nantinya akan berkembang pesat dan masyarakatnya pun beradab serta berakhlak. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pemko mengadakan program Maghrib Mengaji.
Bahkan berdasarkan #pollingPKU yang dilempar oleh infoPKU, sebanyak 86% dari 161 pemilih lebih memilih Kota Bertuah ketimbang Madani.
#pollingPKU Encik dan Puan lebih suka yg mana? Bertuah atau Madani?
Meski masyarakat lebih memilih Bertuah, lain halnya dengan pihak Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau yang ternyata tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Wakil Ketua LAM Riau, Edyanus Herman Halim, mengatakan bahwa perubahan slogan itu merupakan salah satu tujuan Pemko untuk mewujudkan Kota Pekanbaru menjadi Kota Madani, sehingga tidak perlu dipermasalahkan.
Kemudian ia meminta kepada masyarakat Kota Pekanbaru agar dapat menerima sloganbaru tersebut dan menjadikan Pekanbaru ini sebagai Kota yang Madani.
Bagaimana dengan Encik dan Puan? Silakan sampaikan pendapat Encik dan Puan di kolom komentar yang telah disediakan.
Kota Pekanbaru kini sedang berbenah, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah menata kawasan depan ruko untuk dijadikan sebagai pedestrian bagi para pejalan kaki.
Tujuannya agar nantinya mereka (para pejalan kaki) merasa nyaman saat berjalan kaki di kawasan depan ruko. Terbukti dengan letak pedestrian lebih tinggi 20 cm dari badan jalan beraspal yang dijadikan parkir kendaraan.
Lalu terdapat tempat duduk untuk tempat istirahat masyarakat sembari menikmati suasana kota. Kenyamanan yang diberikan Pemko sangat diapresiasi oleh para pejalan kaki.
Namun sayangnya kenyamanan tersebut seketika dicoreng oleh “aksi nakal” para pedagang kaki lima (PKL), sehingga membuat para pejalan kaki harus menghindarinya dengan minggir ke jalan raya.
Selain itu, masih ada saja para pengendara memarkirkan kendaraannya di atas pedestrian. Padahal seharusnya pedestrian sepanjang 3 meter dari ruko adalah kawasan bebas parkir kendaraan.
Dari sini dapat dilihat, hak para pejalan kaki dirampas dan tidak dipedulikan hanya demi pundi-pundi keuntungan belaka oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Masyarakat sebagai pejalan kaki menyesali adanya kejadian ini dan berharap agar Pemko segera cepat tanggap untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Jika masalah ini tidak diselesaikan dengan cepat, maka tidak memungkinkan akan memakan korban jiwa. Sebaiknya mencegah sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Berikut ini beberapa opini dari followers kami terkait keadaan pedestrian di Pekanbaru:
Di Kota Pekanbaru ada sebuah kawasan kecil yang dihuni oleh para etnis Tionghoa. Biasanya kawasan ini disebut dengan Chinatown atau yang lebih dikenal dengan kawasan pecinan.
Kawasan pecinan di Kota Pekanbaru sendiri terletak di Jalan Juanda dan Jalan Karet. Tiap paginya, kawasan ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Adapun penyebabnya adalah karena di kawasan pecinan ini terdapat sebuah pasar tradisional yang bernama Pasar Sago.
Di pasar Sago ini Encik dan Puan akan mendapatkan pengalaman berbelanja yang berbeda dari pasar pada umumnya.
Sama halnya dengan kawasan pecinan pada umumnya, selama berada di pasar ini, Encik dan Puan akan mendengar aneka lantunan lagu-lagu khas Tionghoa.
Di pasar Sago, Encik dan Puan bisa mendapatkan aneka kebutuhan dapur yang kualitasnya tak kalah bagus dan bersih, sama seperti yang ada di supermarket.
Tak hanya itu, beberapa buah dan ikan tertentu juga hanya ada di pasar Sago. Misalnya, untuk memasak masakan melayu berbahan dasar ikan lumi/lomak. Dimana Ikan lumi/lomak paling fresh hanya bisa didapatkan di pasar Sago.
Tak hanya menjual kebutuhan dapur, beberapa los di pasar Sago juga menyediakan aneka kebutuhan ibadah bagi warga Tionghoa, seperti kertas doa, lilin, kue dan buah untuk sembahyang yang cukup lengkap.
Selepas berbelanja, tak ada salahnya untuk memanjakan perut Encik dan Puan. Di kawasan ini banyak terdapat kedai kopi yang memiliki menu istimewa yang dapat dinikmati untuk sarapan.
Tentunya kebanyakan makanan khas kedai kopi milik kaum Tionghoa seperti: bubur ayam, cakwe, kwetiau dan sebagainya.
Terakhir, jangan lewatkan event tahunan seperti Imlek. Selama Imlek, kawasan ini akan semarak dengan aneka acara seperti pameran, festival kue bulan dan juga festival kembang api yang tentunya sayang untuk dilewatkan.
suasana taman nasional Tesso Nilo yang terbakar, gambar diambil dari dalam bus | infoPKU
Awal tahun mendatang, Provinsi Riau diprediksi akan kembali dilanda kemarau. BMKG memprediksi kemarau panjang yang melanda Provinsi Riau berlangsung pada bulan Januari-Maret 2016.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin mengatakan jika sepanjang tiga bulan tersebut ada kebakaran hutan dan lahan, tentu sebagian besar wilayah Riau akan kembali diselimuti kabut asap.
Adapun penyebabnya karena arah angin diprediksi dari arah Selatan ke Utara. Sehingga ia meminta kepada pemerintah untuk waspada, serta fokus pada pencegahan sejak dini.
Menanggapi hal itu, Plt Gubri H Arsyadjuliandi Rachman, mengakui bahwa pemerintah telah memulai pencegahan. Ia meminta kepada seluruh pihak untuk memulai upaya pencegahan karhutla agar tidak terulang lagi selanjutnya.
Sugarin juga mengatakan mulai bulan Januari mendatang, berdasarkan pantauan satelit, diprediksi musim hujan akan berakhir dan akan memasuki musim kemarau.
Kondisi tersebut diperkirakan berlangsung hingga bulan Maret. Lalu pada pertengahan bulan Maret hingga bulan Mei, Riau kembali memasuki musim hujan.
Tentunya hal tersebut jika tidak ada perubahan iklim secara menyeluruh di wilayah Asia Tenggara. Namun, perubahan masih mungkin terjadi jika badai Elnino yang biasa melanda kawasan Filipina kembali terulang.
Diprediksi pada bulan Mei tahun depan akan kembali hujan, kemudian kemarau akan berlangsung hingga bulan September atau bulan Oktober.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa karhutla masih terjadi. Tetapi skalanya lebih kecil jika dibandingkan tahun ini.
Sabtu (26/12), Wali Kota bersama para tokoh masyarakat di kawasan kebun milik kelompok Tani Pemuda Mandiri di Kelurahan Muara Fajar, Kecamatan Rumbai, memanen cabe merah.
Wali Kota sendiri menyampaikan apresiasinya kepada para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Tani Pemuda Mandiri Kelurahan Muara Fajar.
Perlu diketahui bahwa kelompok muda ini telah berhasil mengolah lahan pertanian yang tersedia menjadi kebun cabe di kawasan Rumbai.
Keberhasilan tersebut oleh Wali Kota akibat andil yang sangat besar dari para pemuda, sehingga ikut menaikkan citra Kota Pekanbaru dari sisi budidaya cabe merah.
Wali Kota juga mengungkapkan bahwa dari kualitas cabe merah yang dipanen ini tidak kalah dengan daerah lain. Namun, diakuinya bahwa pihaknya kurang gencar mempromosikan hal tersebut.
Oleh karena itu pihaknya berharap kepada lapisan masyarakat untuk turut serta mempromosikan tentang keberadaan cabe merah serta komoditi sayur di Kota Pekanbaru.
Wali Kota juga berharap agar Kota Pekanbaru dapat menjadi sentra produsen cabe merah, sehingga Kota Pekanbaru tidak lagi tergantung pada pasokan dari daerah lain.
Selain memanen cabe merah, Walikota juga menyerahkan bantuan berupa bibit ayam dan bantuan ternak sapi serta penyerahan bantuan secara simbolis rumah layak huni (RLH) kepada warga Rumbai.
Adapun penyerahan RLH tersebut diserahkan oleh Wali Kota Firdaus kepada Pak Suma, warga Rumbai yang juga mantan veteran RI.
Kepala Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, Hj El Syabrina, dalam sambutannya menyampaikan bahwa panen raya ini mampu menekan inflasi pada bidang komoditi cabai merah di Kota Pekanbaru.
Ia berharap dengan keberhasilan panen raya ini, dapat memotivasi para petani cabe di Pekanbaru agar dapat meningkatkan hasil panen berikutnya.
Kabar baiknya, harga cabe merah asal Bukit Tinggi yang berada di Pekanbaru menurun akibat panen raya ini. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Disperindag Pekanbaru, Mas Irba H Sulaiman.
Tidak banyak yang mengetahui lokasi Pasar Dupa. Walaupun terletak di pusat Kota Pekanbaru, nyatanya pasar ini tersembunyi di balik ruko-ruko di Jalan Sudirman.
Bagi warga Kelurahan Tengkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, Pasar Dupa adalah pasar tradisional yang cukup ramai aktifitas jual belinya.
Jika Encik dan Puan belum tahu, Pasar Dupa terletak di seberang Rumah Sakit Awal Bros. Pasar ini merupakan pasar pagi yang selalu ramai dikunjungi warga untuk berbelanja berbagai kebutuhan rumah tangga.
Saat memasuki pasar Dupa, los pertama yang ditemui ialah los sayuran. Memasuki area dalam ada los daging, kemudian los peralatan dapur dan diakhiri dengan los pakaian.
Kondisi Pasar Dupa sendiri relatif sama dengan pasar tradisional pada umumnya, tetapi pembagian los-los penjual telah tertata dengan baik, sehingga pembeli dapat menemukan apa yang dibutuhkan secara cepat.
Lapak-lapak di pasar tersebut terbuat dari kayu, bahkan kondisi kayu di beberapa kios telah tua dimakan usia. Tentu saja kondisi demikian jelas sangat rawan kebakaran.
Perlu diketahui bahwa Pasar Dupa dikelola oleh pihak swasta, tetapi akses jalan menuju ke sana merupakan jalan milik Pemerintah Kota Pekanbaru
Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban pengelola untuk menciptakan kondisi pasar tersebut sejalan dengan aturan Pemko. Nah Encik dan Puan sudah pernah ke Pasar Dupa? Yuk, coba telusuri pasar tersembunyi yang satu ini.
Selasa (22/12) yang lalu, Wali Kota Pekanbaru meresmikan satu unit road sweeper atau mobil penyapu jalan Kota Pekanbaru di Halaman Kantor Wali Kota.
Road sweeper berukuran menengah ini nantinya akan beroperasi di jalanan protokol di Kota Pekanbaru serta dapat menampung sampah hingga 2,6 meter kubik.
Dengan demikian sampah yang berserakan di beberapa ruas jalan protokol dalam waktu dekat tidak lagi disapu oleh petugas kebersihan.
Adapun tujuan Pemerintah kota Pekanbaru menyediakan mobil penyapu sampah ini adalah sebagai upaya yang dilakukan untuk mewujudkan Kota Pekanbaru sebagai kota bersih.
Wali Kota mengakui bahwa pihaknya harus melek dengan teknologi, sehingga pihaknya juga harus mengimbanginya dengan sistem pengelolaan kebersihan kota yang canggih.
Terlebih selama ini arus lalu lintas yang padat dapat membahayakan para petugas penyapu jalan yang didominasi oleh kaum Ibu. Dengan adanya mobil penyapu sampah ini maka akan lebih aman dan lebih bersih.
Untuk tahun ini Pemko baru bisa membeli satu unit, dimana harga satu unitnya mencapai Rp 2,7 milyar. Oleh Sebab itu Pemko juga berharap ada dana CSR dari perusahaan untuk pengadaan road sweeper ini.
Kedepannya, Wali Kota Pekanbaru menargetkan akan menambah 5 unit lagi. Sedangkan untuk perawatannya, teknisi mobil tersebut telah memberikan transfer ilmu kepada DKP Pekanbaru.
Kalau kamu pernah mendengar lagu Aitakatta, Koisuru Fortune Cookie, kamu pasti tahu siapa penyanyinya. Siapa lagi kalau bukan Akihabara48 (AKB48), Grup Idol dari negeri Sakura, Jepang. Mereka telah mempunyai “adik” di berbagai negara, seperti di Indonesia, dengan Jakarta48 (JKT48).
Banyak yang menjadi 48 Family (sebutan fans dari Idol 48), salah satunya ada di kota Pekanbaru. Di sini telah berdiri beberapa komunitas 48 Family, seperti JKT48 Pekanbaru dan PKU48.
Pada Ahad (27/12) sore, 48 Family mengadakan acara perayaan ”4th Anniversary 48 Family Pekanbaru” di Gedung Taman Budaya Riau, Jalan Jenderal Sudirman.
Dengan mengusung tema “Takkan Hilang Wota di Bumi Melayu”, acara yang dimulai dari Pukul 16.00 WIB ini dimeriahkan oleh berbagai akustik, stand up dan komunitas.
Seperti 4kustik8ingo!, PKU48, Seikatsu Cosplay, FBK Entertainment, Arif Fianto, Aggressive Jumpstyle Power, The Ruf, Asy Lanning, Proxion, Nanda Bdoel, Hissatsu Team dan MCSCI PKU.
Sedangkan konsep acaranya adalah seperti teater dan ditujukan kepada seluruh 48 Family yang ada di Riau khususnya Pekanbaru.
Hafiz Pradipto, selaku Ketua Panitia Pelaksana menjelaskan, “acara ini bertujuan sebagai ajang silaturrahmi semua 48 Family yang ada di Pekanbaru”.
Saat ini musik beraliran Jepang memang sedang digandrungi para remaja, termasuk musik dari grup idol, dimana anggotanya adalah para wanita berparas rupawan.
Tambahnya lagi, “Sekitar 150 orang datang ke acara ini, dan jumlahnya benar-benar diluar perkiraan kami”.
Sam Fauzi, selaku Penanggung Jawab program School Update RTV, mengapresiasi dengan adanya acara yang positif ini. “Acara ini sangat menarik, bersifat positif dan diadakan oleh anak muda seperti kalian, sukses untuk kalian,” ujarnya.
Setiap tahun acara ini diadakan di akhir tahun, tetapi bukan hanya sekedar merayakan Anniversary, tetapi juga pelantikan pengurus baru untuk tahun mendatang. Tidak lupa juga diselingi oleh beberapa games serta kuis.
Kemudian dilakukan peniupan lilin pada dua buah kue tart, tanda resminya #4tahunwot48ertuah, harapan mereka semua adalah “semoga di tahun depan, JKT48 bisa datang ke kota Pekanbaru”.
Jika kamu tertarik bergabung dengan 48 Family Pekanbaru, bisa menghubungi sosial media mereka dibawah ini:
Pada Ahad (27/12) pagi, Aula RRI Pekanbaru Jalan Jendral Sudirman No. 440 sudah dipenuhi lautan manusia, mereka tidak sabar mengikuti acara “Seminar Remaja, Teknologi dan Remaja Kespro” yang ditaja oleh STAR PKBI dengan moderator Andreass Julio.
Dalam seminar yang diadakan dari Pukul 09.30 WIB ini, terdapat tiga orang pembicara dengan latar yang berbeda, yakni:
Pembicara I Ahyani RF., S.Psi, M.A., selaku Psikolog, menjelaskan tentang kespro, mulai dari tujuan, bentuk perilaku, dampak fisik, dampak psikologis hingga hambatan kespro.
“Kespro sangat penting, khususnya remaja, dari sana mereka akan mengetahui kapan tingkat pematangan usia mereka,” ujar dosen Fakultas Psikologi UIN Suska Riau ini.
Memang dengan usia yang masih muda dan memasuki pubertas, tidak memungkinkan akan terjadinya penyimpangan seksual atau juga pernikahan dini. Maka dari itu diperlukan pengetahuan akan kespro sehingga nantinya usia remaja lebih matang.
Selesai dengan Ahyani RF., S.Psi, M.A., kemudian pembicara dilanjutkan ke Hikmah Rizky Utami, selaku volunteer dari STAR PKBI.
Ia mulai menceritakan tentang Kespro, yakni merupakan kepanjangan dari Kesehatan Reproduksi. Banyak mitos tentang kesehatan reproduksi yang beredar karena diakibatkan kurangnya informasi.
Oleh karena itu Tami, selaku anggota STAR PKBI menyarankan “sebaiknya tempat sharing yang tepat mengenai kespro adalah ke orang tua. Namun pada saat ini para remaja malu membicarakan hal itu ke orang tuanya”.
Tambah mahasiswa Fapertapet UIN Suska Riau ini, “para remaja lebih suka membicarakan ke teman atau juga mencari tahu di internet”.
Seperti yang kita ketahui, informasi mengenai kespro yang ada pada di internet belum tentu benar dan terpercaya. Maka ia berpesan agar para remaja lebih berhati-hati dan mampu memilah-memilih saat mencari informasi kespro pada internet.
Lalu pembicara terakhir adalah Said Muhammad Zaki. Dimulai dari membicarakan remaja teknologi. Banyak remaja sekarang yang sudah menggunakan smartphone dan mengakses internet. Di internet banyak terdapat situs, baik bersifat postif maupun negatif.
Remaja pun mulai mencari tahu tentang Kespro dengan memanfaatkan kemudahan mengakses internet. Sayangnya, tatkala mereka berselancar di dunia maya, para remaja juga mengakses situs yang negatif seperti situs pornografi.
Said Muhammad Zaki, ownerinfoPKU, mengatakan “saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menuntaskan situs-situs pornografi, salah satunya dengan memblok situs tersebut, dengan adanya internet positif”.
Meski pemerintah berupaya memblok situs pornografi, kenyataannya bahwa situs-situs pornografi yang baru selalu bermunculan.
Menanggapi hal itu, pria kelahiran Bangkinang ini mengharapkan agar para remaja mampu memfilter dalam mencari segala informasi terkait kespro yang ada di internet.
Usai para pembicara menyampaikan materinya, maka seminar Remaja, Teknologi dan Remaja Kespro pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Kemudian acara dilanjutkan dengan launching aplikasi “sobat ask”. Aplikasi ini sangat berguna bagi remaja yang ingin lebih tahu tentang kespro dan dapat di download di Google Play Store.
Jadi para remaja kini tak perlu khawatir lagi salah mendapatkan informasi, cukup dengan mengakses ke situs www.sobatask.net.
Selesai launching aplikasi, para peserta seminar dikejutkan dengan kehadiran H. Firdaus, ST, MT, Walikota Pekanbaru.
Tidak banyak yang disampaikan oleh orang nomor satu di Pekanbaru ini pada acara yang dominasi oleh para remaja. Beliau berpesan kepada para peserta seminar untuk menjadi remaja yang berjiwa positif dan berakhlak.
Seraya beliau meninggalkan ruangan tersebut, para peserta seminar pun menyorakkan semangatnya lewat kalimat “kita hebat berani beraksi”.
Terakhir, acara seminar ditutup dengan pembagian sertifikat dan bracelet yang menandakan perlawanan terhadap penyakit HIV/AIDS, bukan pada penderitanya.
Taman Nasional adalah taman yang memiliki fungsi untuk melindungi flora dan fauna serta keindahan alam dari perkembangan manusia dan polusi.
Ini dimaksudkan untuk pelestarian flora dan fauna agar generasi mendatang juga dapat menikmati. Saat ini ada tiga Taman Nasional yang berada di Propinsi Riau.
Tiga Taman Nasional tersebut adalah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dan yang terbaru Taman Nasional Zamrud.
Ketiga Taman tersebut tidak termasuk Situs Warisan Dunia atau bagian dari World Network of Biosphere, akan tetapi pesonanya sungguh menakjubkan.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)
Tesso Nilo | infoPKU.com
Dihimpun dari Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia. Tesso Nilo adalah salah satu blok hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera.
Kawasan ini terletak di Provinsi Riau dan terbentang di empat kabupaten yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 255/Menhut-II/2004, pada tanggal 19 Juli 2004, hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu dengan luas 38.576 Ha ditunjuk menjadi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Pada tanggal 19 Oktober 2009, Taman Nasional tersebut diperluas menjadi + 83.068 Ha. Sebelumnya kawasan ini adalah bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Mengenai asal mula nama Tesso Nilo sendiri diambil dari dua nama sungai yang berada di bagian timur, yaitu Sungai Nilo serta di bagian barat, yaitu Sungai Tesso.
Kawasan TNTN juga menjadi area tangkapan air (catcment area) untuk kedua sungai tersebut dan Sungai Segati yang berada di bagian Utara.
Di dalam TNTN terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia.
Selain itu, TNTN adalah hutan dataran rendah yang menjadi kawasan konservasi dari 60-80 Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) maupun Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae).
Selain melindungi flora dan fauna yang beragam, TNTN ini juga mempunyai potensi ekonomi yang telah dipasarkan sampai ke negara tetangga Malaysia, yaitu Madu hutan yang sering disebut Madu Sialang dari TNTN.
Dinamakan Madu Sialang karena madu ini berasal dari kelompok lebah yang hidup dan bersarang di pohon Sialang yang tumbuh dalam hutan.
Sedangkan khasiat Madu Sialang bagi tubuh, diantaranya untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti alergi, influenza, sakit kepala akibat sinus, perut kembung, darah tinggi, diabetes, serta untuk menurunkan kadar kolesterol, mengurangi resiko jantung, dan menjaga stamina tubuh.
TNTN juga menyimpan potensi ekonomi lainnya, seperti sarangnya yang merupakan bahan baku yang berkualitas untuk pembuatan lilin yang sudah dipasarkan secara nasional. Hal ini dikarenakan lilin sarang madu sialang lebih tahan lama dibanding lilin parafin.
Selain potensi ekonomi, TNTN juga menawarkan berbagai macam potensi wisata alam berupa menyaksikan proses pemanenan madu, susur sungai Nilo dengan menggunakan perahu ketek, berinteraksi dengan gajah latih, menjelajah hutan hujan pada rute trail ekowisata, menaiki gajah latih untuk memantau gajah liar, menanam pohon endemik khas TNTN, lalu menikmati keindahan panorama kawasan TNTN dari menara pantau.
Begitu banyak pesona yang ditawarkan TNTN, jika hendak berkunjung ke sana terlebih dahulu bisa menghubungi Balai TNTN yang beralamat di Jalan Raya Langgam Km. 4 Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau dengan nomor telepon (0761) 494728 atau melalui email: balai_tntn@tntessonilo.com
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
Source: Detikcom
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah Taman Nasional dengan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera dan terletak di perbatasan propinsi Riau dan Jambi.
Di Propinsi Riau, kawasannya mencakup Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Propinsi Jambi, kawasannya mencakup Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995, luas keseluruhan TNBT ini adalah 127.698 hektar. Selanjutnya setelah dilakukan penataan batas, maka berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 607/Kpts-II/2002, luasnya ditambah menjadi 144.223 hektar.
Dikarenakan wilayah TNBT berada di perbatasan dua Propinsi, maka TNBT terbagi dalam dua wilayah dengan perincian 111.233 hektar berada di Propinsi Riau dan 33.000 hektar berada di Propinsi Jambi.
Kepala Balai TNBT wilayah Riau, Ir. Moh. Haryono, M.si, mengatakan “mengenai koordinasi pengelolaannya, Balai Taman Nasional merupakan sebuah organisasi yang mengelola TNBT di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Meskipun, terbagi atas Seksi 1 Wilayah Provinsi Jambi (Tebo dan Tanjung Jabung Barat) serta Seksi 2 Provinsi Riau (Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir) namun pengelolaannya tidak dibatasi administratif, sehingga koordinasi tetap dilaksanakan”.
Menurut legenda, nama Bukit Tigapuluh diambil dari nama salah satu bukit yang ada di perbatasan Riau-Jambi. Untuk mencapai puncak bukit tersebut harus menempuh lima belas bukit dari Riau dan lima belas bukit dari Jambi.
Namun, secara fisik jumlah bukitnya lebih dari tiga puluh. Bila dilihat di peta Sumatera, Bukit Tigapuluh ini berada dalam kawasan perbukitan curam di tengah hamparan dataran rendah sebelah timur Sumatera yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan.
Namun ada juga yang mengatakan Bukit Tigapuluh berasal dari Bukit Tiga Jurai. Karena letaknya di apit tiga sungai besar. Sungai Batang Gansal, Sungai Batang Cinaku, dan Das Batanghari di Provinsi Jambi.
Di TNBT ini terdiri dari hutan hujan tropis yang didalamnya terdapat aneka ragam jenis tumbuhan/satwa endemik, seperti 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Oleh Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, TNBT dianggap sebagai kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling tinggi di Pulau Sumatera.
Keragaman flora TNBT ditunjukkan dengan sekitar 660 spesies tumbuh-tumbuhan, 246 di antaranya adalah tumbuhan obat-obatan yang sering dimanfaatkan oleh penduduk setempat.
Sebanyak 550 spesies merupakan spesies langka yang sudah didata, dikumpulkan dan dipelihara. Adapun jenis spesies langka tersebut di antaranya adalah Cendawan Muka Rimau (rafflessia hasselti), Rotan Jernang Besar (daemonorops draco), Pulai (alstonia scholaris), Jelutung (dyera cosculata), dan lain-lain.
Sedangkan keragaman faunanya, TNBT memiliki kurang lebih 59 spesies mamalia, 8 di antaranya adalah jenis primata.
TNBT merupakan habitat alami bagi Harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus), Macan Dahan (neofelix nebulasa), Rusa Sambar (cervus unicolor), Kijang (muntiacus muntjak) serta Tapir Asia (tapirus indicus).
Sedangkan hewan dari jenis primata yang masih mudah dijumpai di kawasan Taman Nasional ini adalah Siamang (hylobates syndactylus), Lutung Kelabu (trachypithecus cristatus), dan Kera Jambul (presbytis melalophos).
Selain itu, di kawasan TNBT ini juga terdapat Pohon Nibung (oncosperma tigilarium), sejenis palem liar, mirip pohon pinang, yang secara spesifik tergolong dari suku palmae.
Bagi masyarakat Riau, pohon nibung memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau. Oleh Pemerintah Propinsi Riau, pohon ini kemudian dijadikan sebagai maskot Propinsi Riau.
Tidak hanya itu saja, TNBT juga merupakan habitat yang cocok bagi berbagai jenis burung. Beberapa jenis burung yang masih sering dijumpai adalah burung Rangkong Perut (anthracoceros convexus), Burung Elang Wallace (spizaetus nanus) dan Burung Raja Udang (Alcedo euryzona).
Di antara burung-burung tersebut, yang paling unik dan susah dijumpai di tempat-tempat lain adalah Burung Serindit (loriculus galgulus).
Bagi masyarakat Riau, burung serindit adalah lambang dari sifat positif, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kearifan. Burung ini juga ditetapkan sebagai maskot Propinsi Riau, selain pohon nibung.
Dengan potensinya tersebut, Departemen Kehutanan RI menetapkan taman nasional ini sebagai kawasan konservasi bagi flora dan fauna langka.
Selain itu, TNBT juga berfungsi sebagai pengendali hidrologi bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Indragiri dan Batanghari.
Selain sebagai tempat konservasi flora dan fauna yang terancam punah, TNBT juga merupakan tempat tinggal bagi Suku Talang Mamak dan Suku Orang Rimba (suku kubu), dua suku yang dianggap sebagai keturunan ras Proto-Melayu.
Suku Talang Mamak merupakan suku yang berdiam di kawasan Bukit Tigapuluh dan percaya bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di TNBT ini mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka.
Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di TNBT. Sementara Suku Orang Rimba hidup nomaden dan sekitar 3000 anggotanya hidup di wilayah Jambi.
Mereka berpindah melalui hutan alami dan bergantung pada sumberdaya alam yang dihasilkan oleh hutan dan sungai untuk bertahan hidup.
Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Riau pada tahun 2001, jumlah orang Talang Mamak terbilang sangat sedikit, yaitu hanya 164 jiwa, yang tersebar di dusun-dusun seperti Rantau Langsat, Airbaubau, Nanusan, dan Siamang.
Sedangkan jumlah Suku Orang Rimba (suku kubu) sampai saat ini belum diketahui secara pasti, karena hidupnya yang berpindah-pindah dan berpencar-pencar.
Bukan hanya potensi flora/fauna, tetapi di TNBT juga terdapat wisata budaya. Setiap tahun pada bulan November dilaksanakan iven bertajuk “Festival Batang Gangsal” yang bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Suku Talang Mamak.
Berbagai atraksi budaya serta perlombaan seperti pacu sampan, silat tradisional, lempar galah, festival musik gambus, dan sepeda gunung juga dihadirkan yang dipusatkan di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Selain potensi flora/fauna dan wisata budaya, di TNBT juga terdapat wisata alam, didalamnya terdapat sebuah Air Terjun yang bernama Air Terjun Empunawan, dengan air yang sangat jernih, tinggi sekitar 31 meter serta kanan kirinya masih hutan lebat. Air terjun ini dapat ditempuh 3 jam dari Desa Rantau Langsat.
Untuk menuju lokasi TNBT, dapat memulai perjalanan dari kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Dari kota Pekanbaru menuju ibukota Kabupaten Indragiri Hulu, kota Rengat, dengan kendaraan darat selama 4 jam.
Lalu dari Rengat, menuju Siberida dengan waktu tempuh 1,5 jam. Kemudian dari simpang tugu Siberida perjalanan dilanjutkan ke Desa Rantau Langsat, desa terakhir yang berada di tepi TNBT. Jarak antara Siberida ke Rantau Langsat sekitar 20 km dengan perjalanan 30 menit.
Kantor TNBT : Jalan Raya Rengat No. 70, Pematang Reba-Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148 E-mail: btnbt2003@yahoo.com
Taman Nasional Zamrud
Taman Nasional Zamrud merupakan taman nasional di Riau yang berbasis gambut. Taman Nasional Zamrud sendiri baru dibentuk, yakni pada 22 Juli 2016 yang bertepatan pada perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kabupaten Siak oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Ada proses panjang sebelum kawasan Zamrud ini menjadi Taman Nasional. Sejak tahun 2001 yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak telah mengajukan kawasan ini sebagai taman nasional. Akhirnya baru terwujud, setelah 15 tahun kemudian.
Taman Nasional Zamrud ini berada di lahan gambut seluas 31.480 hektare. Terdapat dua danau yang berada di Taman Nasional Zamrud ini, yaitu Danau Pulau Besar (2.416 hektare) yang terdiri dari empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu, serta Pulau Beruk; dan satu lagi Danau Bawah dengan luas mencapai 360 hektare.
Ada berbagai jenis satwa liar hidup di kawasan ini. Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau tercatat ada 38 jenis burung yang 12 jenisnya merupakan jenis dilindungi, serta jenis ikan seperti arwana dan belida.
Untuk menuju Taman Nasional Zamrud dapat ditempuh dengan jarak sekitar 120 km. Akses menuju ke sana, kita bisa menggunakan angkutan darat dengan waktu tempuh selama sekitar 2 jam dari Bandara Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Perjalanan kemudian kemudian dilanjutkan ke Desa Dayun, dan masuk Gate Camp Zamrud di Dayun (Security Gate Zamrud) melalui jaringan Jalan Konsesi BOB PT Bumi Siak Pusako (BSP).