infoPKU

Wanita merupakan makhluk yang sangat sensitif dan rapuh. Apa yang dianggap pria merupakan suatu lelucon bisa jadi malah membawanya pada emosi yang meledak-ledak. Apalagi saat mereka sedang marah atau depresi, pria harus berhati-hati saat berbicara atau mendekati mereka. Berhadapan dengan wanita yang sedang marah sangat mengintimidasi kebanyakan pria. Berikut ini ada beberapa hal yang seharusnya tidak dilakukan atau diucapkan pria saat berdebat atau bertengkar dengan wanita:

Jangan pernah katakan “rileks” atau mencoba menenangkannya

Kata rileks merupakan kata terlarang dalam pertengkaran. Dengan memintanya untuk rileks, secara langsung kamu mengindikasikan bahwa dia sedang di luar kontrol, padahal dia berpikir bahwa dia benar-benar serius dalam apa yang sedang ia coba buktikan.

Kebanyakan pria bertanya, kamu marah? Hal itu sama saja dengan kamu meminta wanita untuk bertengkar. Jangan pernah membuat seolah-olah kamu OK dan wanita tersebut abnormal. Jangan sedikitpun memberikan sinyal bahwa apa yang dikatakan si wanita tersebut tak masuk akal, bahkan jika kamu memang benar. Apapun yang menjatuhkannya selama pertengkaran akan ditolak dengan segala pembelaannya untuk mempertahankan diri.

Jangan ada ekpresi cinta

Mengatakan kalimat seperti ‘aku cinta kamu’ atau ‘bolehkah aku menciummu’ merupakan hal terlarang dalam sebuah pertengkaran. Sudah pasti anda akan mendapat jawaban penolakan dan hal itu hanya akan memperpanjang perselisihan. Wanita mungkin lebih mempertimbangkan kalimat-kalimat yang lebih mengalihkan perhatiannya dan mencoba bermain dengan emosinya.

Hindari kata-kata yang mengarah pada masa lalunya

Menyebut nama mantan pacarnya atau mantan suaminya saat bertengkar hanya akan membuat ia lebih marah. Jika kamu benar-benar berharap untuk mengakhiri pertengkaran tersebut dengan cara damai, lalu cobalah untuk tetap bungkam bahkan jika ia mencecarmu dengan kata-kata tentang hubungan masa lalumu.

Menyinggung tentang hubungan masa lalunya hanya akan membuatnya jengkel dan mungkin kemarahan dan kebenciannya akan semakin memuncak. Menurutnya hal tersebut merendahkannya atau meremehkannya dengan mengingatkan tentang kehidupan di masa silamnya

Jangan langsung minta maaf

Meminta maaf dengan wanita yang sedang marah berkali-kali hanya akan memberikan hasil yang negatif. Saat pria meminta maaf dia akan langsung menyimpulkan bahwa kamu yang salah bukan dia. Diam atau memberikan argumen yang tidak menyinggungnya merupakan hal yang lebih baik dilakukan untuk menenangkan wanita yang sedang marah.

Jangan langsung mengakui kesalahan, yang kamu pikir akan langsung mengakhiri pertengkaran. Cobalah untuk mempertahankan diri dengan cara yang paling lembut.

Jangan berpura-pura seolah-olah kamu tidak memperhatikannya

Dengan bertanya ‘apa yang kamu bilang tadi? Saya tidak dengar’ berarti kamu benar-benar memancing amarahnya. Saat kamu bertanya demikian berarti kamu menyiratkan bahwa dia mengatakan hal-hal yang tidak penting untuk didengar. Bahkan jika kamu tidak mendengar, dia tidak akan mengulang apa yang dikatakannya tadi.

Mencoba mengalihkan perhatiannya pada hal lain mungkin membuatnya marah. Berpura-puralah seolah-olah dia mengatakan hal-hal yang mengagumkan dan kamu mendengarkan setiap kata demi kata. Dengan gestur dan bahasa tubuhmu, tunjukkan bahwa kamu menangkap apa yang dikatakannya.

Pertengkaran bukanlah kesempatan untuk memaksakan ide, pemikiran, permintaan atau hasratmu pada orang lain. Pertengkaran pada hakikatnya merupakan momen yang tidak terkontrol dalam kehidupan dan jika orang-orang tidak belajar untuk berhadapan dengan situasi semacam itu secara dewasa, kehidupannya mungkin bisa jadi seperti neraka dan hubungannya tidak akan pernah stabil. Pertengkaran bukanlah waktunya komunikasi, apa yang terjadi dalam pertengkaran merupakan ekspresi-ekspresi kemarahan dan kebencian yang tidak dipikirkan terlebih dahulu.

Cinta atau menikah dulu? Pertanyaan ini kadang mengganjal, terutama bagi mereka yang telah cukup umur serta belum berpasangan dan akan dijodohkan.

Tentu saja pernikahan berdasarkan perjodohan tidak menarik saat ini. Meskipun faktanya di negara kita hal tersebut masih lumrah terjadi.

Pernikahan bukanlah hanya sebuah ikatan yang menyatukan dua insan yang berbeda, namun bersatunya dua keluarga, dua lingkungan sosial yang akhirnya semakin terhubung secara dekat dibanding sebelumnya.

Pernikahan yang diatur ini berfokus pada penyatuan keluarga tersebut. Sambil mencari pasangan untuk putra atau putri mereka, para orangtua terlebih dahulu mencari tahu apakah keluarga calon menantu mereka sesuai dengan kriteria mereka.

Keamanan dan kestabilan sepertinya menjadi hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam perjodohan ketimbang pernikahan yang berlandaskan cinta.

Kritik terhadap pernikahan yang dijodohkan lebih tertuju pada bagaimana perasaan pasangan tersebut antara satu sama lain. Kecocokan secara fisik dan emosional mungkin perlu dipertimbangkan.

Jika kamu mengatakan ‘saya tidak ada perasaan apapun terhadap si dia’, keluargamu mungkin akan merespon dengan berkata bahwa ‘cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu’.

Kekurangan lainnya adalah pasangan tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk saling mengenal satu sama lain, saling mengerti perasaan atau pendapat masing-masing maupun isu-isu lainnya.

Jadi saat pernikahan sudah terjadi, maka penyesuaian akan sangat dibutuhkan. Setiap pasangan akan belajar untuk mengerti pasangannya dan mulai menghargai hal-hal baik dalam hubungan tersebut.

Orang yang menjalani pernikahan berdasarkan perjodohan merasa bahwa wajib menuruti keinginan orangtuanya. Jika menolak, mereka akan dianggap sebagai anak pembangkang dan durhaka terhadap keluarga. Padahal mereka tahu bahwa mereka tidak akan bahagia.

Pernikahan yang berdasarkan cinta, jika diperhatikan dari luarnya saja, hal ini terlihat begitu sempurna. Kita menemukan belahan jiwa, menikah, kemudian hidup bahagia selamanya.

Apa yang mungkin salah dalam hal ini? Banyak hal sebenarnya. Seperti yang diungkapkan F. Scott Peck, ‘cinta bukanlah tanpa usaha’, dengan kata lain cinta itu penuh perjuangan.

Pernikahan berdasarkan cinta sama beratnya dengan yang dijodohkan. Ada tekanan berbeda yang kadang semakin meningkat seiring kenyataan bahwa kita harus bertanggung jawab penuh atas pasangan yang kita pilih.

Kita tidak bisa menyalahkan orang tua atau siapapun jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Meskipun kita telah mengenal dengan baik pasangan kita sebelum menikah, ikatan pernikahan dan hidup bersama merupakan sebuah pengalaman baru yang terdapat suka dan duka.

Dengan pernikahan yang berdasarkan cinta, kita dapat membangun kehidupan dengannya menurut keinginan kita dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri.

Sebuah data statistik menyebutkan bahwa ‘cinta’ dalam pernikahan yang dijodohkan akan mencapai puncaknya saat pasangan tersebut telah melewati usia 5 tahun pernikahan.

Sebaliknya, puncak dari pernikahan berdasarkan cinta telah tercapai sebelumnya dan akan mulai memudar seiring berjalannya pernikahan. Hal ini terjadi karena orang yang menikah atas dasar cinta memiliki banyak ekspektasi.

Sebaliknya, orang memilih pernikahan yang dijodohkan dengan ekspektasi yang lebih rendah dan tidak berharap segalanya bisa saja pernikahannya berhasil dengan tiba-tiba.

Jadi tidak ada rumus khusus dalam keberhasilan sebuah pernikahan. Antara pernikahan yang dijodohkan dengan pernikahan atas dasar cinta sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Semuanya kembali kepada pasangan itu sendiri bagaimana mereka menyikapi setiap tantangan yang terjadi dalam pernikahannya agar tetap bertahan.

Sah-sah saja jika ingin mencintai dulu atau menikah dulu, namun komitmen bangunan cintanya harus disiapkan jauh sebelum menikah.

Stres pranikah memang membuat mereka yang hendak menikah menjadi gelisah. Masa-masa sebelum pernikahan ini menjadi masa yang menguras pikiran.

Karenanya mengontrol stres dan gelisah secara efektif bisa jadi sangat penting untuk membuat masa ini menjadi positif bagi kamu dan pasanganmu.

Kamu menginginkan proses perencanaan pernikahanmu membawamu semakin dekat dan membangun keintiman kalian. Stres pranikah yang berlebihan dapat mengganggu tujuan penting tersebut.

Perbedaan yang mencolok antara orang yang dikalahkan oleh stresnya dengan yang tidak bukanlah ada atau tidak adanya stres, namun lebih kepada kemampuan untuk menyadari adanya stres dan mengontrolnya.

Adapun hal yang perlu dilakukan untuk mengontrol stres pranikah antara lain:

• Menyadari dan Memahami Tanda-Tanda Stres

Reaksi-reaksi atas stres yang berlebihan meliputi sejumlah gelaja-gejala: sakit perut, sakit kepala, tidur tidak nyenyak, kurang konsentrasi, mood yang berubah-ubah, serta mudah tersinggung.

Sangatlah penting untuk menyadari bahwa semua hal tersebut merupakan tanda-tanda stres yang berlebihan, mungkin akan membawa pada kondisi yang lebih serius.

• Mengidentifikasi Sumber-Sumber Stres

Selama periode pranikah, akan ada banyak keputusan-keputusan, ekspektasi-ekspektasi serta peran baru yang semakin membuat stres.

Banyak yang tidak sadar betapa besarnya dampak stres terhadap kebahagiaan dan hubungan. Kesempurnaan dalam rancangan pernikahan merupakan hal yang lazim dan bisa jadi sumber terbesar dari stress.

Sumber-sumber stres yang lainnya tidak akan hilang begitu saja hanya karena kamu akan menikah. Banyak hal-hal lain yang juga bisa menambah tingkat stres pranikah.

Ingatlah bahwa semua perubahan itu membuat stres, termasuk perubahan yang baik. Faktor-faktor lain yang lazim dalam berkontribusi menimbulkan stres termasuk pekerjaan, perjalanan, sakit, kehilangan anggota keluarga, teman atau hewan peliharaan.

Beberapa dari sumber stres tersebut dapat dikontrol seperti seberapa jauh keterlibatan kamu dalam persiapan pernikahan. Kamu bisa memilih untuk mengerjakan semuanya sendiri atau mempercayakannya pada orang lain.

Namun, sumber yang lainnya bisa jadi diluar kontrol kamu. Sebagai contoh, tidak ada yang bisa mencegah kehilangan orang yang dicintai ataupun datangnya penyakit.

Untuk mengatasi stres yang berlebihan, pertama kamu harus menyadari bahwa sumber-sumber stress tersebut berada dalam kontrol kamu.

• Belajar Untuk Mengatur Sumber Stress Yang Dapat Dikontrol

Jika kamu mengalami tanda-tanda stress yang berlebihan, cobalah untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi stress tersebut menjadi berlebihan.

• Berbicaralah dengan pasanganmu

Pastikan bahwa rencana pernikahanmu benar-benar mencermikan keinginan kalian berdua. Namun, banyak pasangan yang merencanakan pernikahan tanpa memikirkan apa yang diinginkan oleh masing-masing pasangan.

Tentu saja pernikahan yang mewah sangat mengagumkan, selama sesuai dengan kemampuan dan biaya yang dikeluarkan. Jika pernikahan mewah ada dalam rencanamu dan dananya mengizinkan, pertimbangkan untuk menyewa wedding organizer untuk menangani detail-detailnya.

• Pikirkan kembali tentang seberapa jauh kamu dapat terlibat

Memang sulit untuk mengakui bahwa kita tidak mampu melakukan dan menyelesaikan segala yang kita inginkan dengan waktu yang ada dipikiran kita atau waktu yang tersedia.

• Wakilkan beberapa tugas atau pekerjaan kepada orang lain

Jangan malu untuk meminta bantuan pada pasangan, teman atau keluargamu. Biarkan wedding organizer yang telah kamu pilih melakukan pekerjaannya, karena mereka memang sudah berpengalaman. Pilihlah tugas mana yang benar-benar membutuhkan pengawasanmu secara pribadi.

• Kurangi beban kerja

Kamu boleh saja mengurangi beban kerjamu atau beristirahat sesaat selama periode pra-pernikahan. Mungkin saja kamu membutuhkan waktu istirahat yang lebih dari yang telah direncanakan.

Bahkan setelah kamu melakukan semuanya untuk mengontrol sumber stress, mungkin akan ada ada tersisa beberapa penyebab stress yang tidak bisa dikontrol.

Jangan khawatir, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuanmu dalam mengatasi dan memulihkan diri dari stres antara lain:

• Tidur nyenyak.
• Berolahraga setiap hari
• Makanlah secara teratur dan seimbang
• Hindari gula, kafein, alcohol, obat-obatan yang berlebihan yang dapat menyebabkan sistem tubuhmu rusak.
• Belajar untuk bermeditasi agar kamu bisa lebih relaks.
• Aturlah waktu untuk mendapatkan hiburan atau kegiatan yang menyenangkan lainnya.
• Aturlah waktu untuk tetap terhubung dengan pasanganmu dan habiskan waktu yang bermakna bersama.
• Jangan paksakan dirimu untuk membuat terlalu banyak perubahan dalam satu waktu.