Pernah dengar istilah konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan? Berikut kisah inspiratif dari pemuda asal Banyumas, Jawa Tengah, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 lalu.
Pengelolaan sampah di Indonesia bisa terbilang masih cukup mengkhawatirkan, hampir setiap daerah di Indonesia bermasalah dengan pengelolaan sampah.
Namun, sosok pemuda inspiratif bernama Arky Gilang Wahab, ini sukses membuat inovasi berupa konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan.
Berawal dari kekhawatiran akan tumpukan sampah di daerahnya menjadi salah satu latar belakang terciptanya konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan tersebut.
Arky Gilang Wahab menjelaskan jika banyaknya sampah yang menumpuk di sudut-sudut desa Banjaranyar menjadi permasalahan utama warga setempat. Karena banyaknya sampah tersebut tentu menyebabkan aroma yang tidak sedap di sekitar lingkungan tersebut. Sehingga tidak aman untuk lingkungan sekitar.
Kian hari sampah semakin menumpuk yang lambat laun mengganggu aktivitas warga, dan menjadi salah satu keresahan Arky terhadap daerahnya.
Berangkat dari hal itu, sosok penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 itu memulai usaha budidaya maggot demi menanggulangi masalah utama warga Banjaranyar itu.
Dibantu oleh adik iparnya, Arky mulai menjalankan program budidaya maggot dengan bermodalkan maggot seberat 5 gram.
Selanjutnya budidaya maggotnya atau para maggot itu diberi makan dengan menggunakan sampah yang mereka dapatkan di kampung mereka. Sehingga hasil dari budidaya maggot ini adalah pupuk organik sejumlah 7 kilogram.
Karena tergolong sukses melakukan budidaya maggot dari konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan yang dijalankan oleh Arky, akhirnya pemerintah Banyumas merasa terbantu.
Kemudian pemerintah setempat memberikan dukungan kepada salah satu peraih Apresiasi SATU Awards 2021 itu berupa tempat untuk mengolah bubur sampah yang kemudian dilaksanakan di TPST.
Selanjutnya sampah-sampah organik yang diantar tersebut kemudian diolah menjadi bubur sampah untuk pakan larva maggot, bubur sampah tersebut kemudian diproses maggot untuk diolah menjadi pupuk organik.
Bermula hanya dengan mengolah sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, kini ia mampu mengolah 5 ton sampah setiap hari yang berasal dari 5.500 rumah dan 72 instansi pemerintah di kecamatan Sumbang dan Sokaraja.
Berkat keresahan Arky terhadap sampah itu, dia akhirnya bisa membantu warga sekitar, lingkungan menjadi bersih, sehingga terciptalah konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan.
Artinya pupuk organik yang dihasilkan dari usaha maggot itu bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, lingkungan menjadi bersih, dan masyarakat terbantu.