Sejarah Lampu Colok

0
1974
Sumber: skyscrapercity.com

Encik dan Puan dah tau Festival Lampu Colok kan? Tradisi ini biasanya dilakukan pada 27 Ramadhan sampai dengan 30 Ramadhan dalam menyambut malam takbir dan lebaran.

Dalam bahasa Melayu, colok itu berarti alat penerang. Penamaan colok oleh masyarakat melayu ini disebut pelite atau pelito yakni sejenis lampu teplok yang menggunakan sumbu kompor memakai minyak tanah sebagai bahan bakar penerangnya.

Tradisi ini sendiri berawal dari keinginan masyarakat melayu untuk memberikan penerangan di bulan ramadhan, sekaligus merupakan syiar Islam sebagai hiasan – hiasan lampu yang ada selalu bernuansakan Islami.

Pada awalnya masyarakat melayu menggunakan penerangan colok ini sebagai hiasan di depan rumah, terutama dalam menghadapi malam lailatul qadar.

Seperti yang kita jumpai saat ini, ada beraneka macam bentuk colok. Ada yang terbuat dari kaleng ataupun botol bekas minuman bekas, bambu yang telah diberi sumbu hingga colok yang dibuat khusus seperti tabung yang terbuat dari seng dan alumunium.

Kemudian lampu colok tersebut disusun hingga menyerupai kubah – kubah masjid dan hiasan kaligrafi. Untuk melestarikan tradisi ini, maka tiap 27 Ramadhan diadakan Festival Lampu Colok.

Festival Lampu Colok ini dapat di jumpai diseluruh daerah di Provinsi Riau serta merupakan khasanah warisan Budaya tempo dulu yang bertahan hingga saat ini. Bahkan Festival ini telah menjadi agenda Wisata bagi beberapa Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.