Tahukah kamu, ternyata tanaman liar bisa menjadi sumber gizi yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Sehingga gizi tidak lagi hanya dijangkau oleh kalangan tertentu.
Seperti halnya salah seorang peraih SATU Indonesia Awards 2011 lalu, Hayu Dyah Patria, dari Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan salah satu sosok inspiratif yang menebar banyak kebaikan dan manfaat kepada lingkungannya melalui inovasi tanaman liar jadi sumber gizi.
Peraih SATU Indonesia Awards 2011 itu adalah wanita warga Sidoarjo, yang mengenalkan pemanfaatan tanaman liar itu kepada masyarakatnya yang ada di Galengdowo.
Latar belakang dan niat dari Hayu Dyah Patria memperkenalkan tanaman liar jadi sumber gizi kepada masyarakat sekitar adalah untuk melestarikan tanaman liar. Kemudian langkah tersebut dilakukannya juga sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi dengan cara yang masuk akal.
Menurut wanita itu, cara yang masuk akal diperkenalkan kepada masyarakat yakni bisa dikembangkan dengan mudah, serta tanpa perlu perlakuan spesial. Peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2011 itu merupakan seorang ahli teknologi pangan, yang lahir di Gresik, 27 Januari 1981 lalu.
Dia merasa tertantang dengan kondisi gizi masyarakat dan berupaya untuk bagaimana meningkatkan status gizi masyarakat dengan memanfaatkan tanaman liar yang ada di sekitar tempat tinggal.
Hayu Dyah Patria menceritakan, awalnya dia berpikir tanaman apa yang cocok untuk meningkatkan gizi masyarakat namun mudah dijangkau, dan tidak memerlukan uang untuk membelinya.
Akhirnya pilihan tersebut jatuh kepada tanaman liar. Salah satunya adalah daun kastuba, karena daun itu berlimpah kandungan mineral.
Kemudian ada pula daun krokot, makanan kesukaan jangkrik, ternyata kaya berbagai macam vitamin dan yang terpenting mengandung senyawa pendongkrak kecerdasan.
Tidak hanya itu, daun krokot juga banyak mengandung asam lemak omega-3 untuk perkembangan sel otak anak. Berkat diperkenalkannya tumbuhan liar untuk peningkatan gizi, inovasi Hayu Dyah Patria tidak hanya berlaku untuk warga yang berada di Galengdowo.
Akan tetapi dari Data Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan, angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi, yakni 17,9%. Penyebab utamanya adalah kemiskinan. Oleh karena itu, makanan asal tanaman liar yang diperkenalkan oleh peraih apresiasi SATU Indonesia Awards 2011 sangat masuk akal untuk diperkenalkan kepada masyarakat.
Karena sesungguhnya tanaman tersebut bisa didapat tanpa uang. Tinggal petik di pekarangan rumah, akan tetapi kandungan gizinya tak kalah dari tanaman budidaya.
Terakhir, berkat inovasi ini banyak sekali masyarakat yang terbantu, bahkan masalah gizi keluarga sudah bisa sedikit teratasi dengan sumber dari makanan liar itu.