Pacu Jalur Kuansing: Antara Budaya, Wisata dan Ekonomi

0
78
Pacu Jalur Kuansing

Festival Pacu Jalur Kuansing (Kuantan Singingi) saat ini menyita perhatian publik. Tidak hanya masyarakat Riau dan Indonesia pada umumnya, namun juga menyita perhatian dunia.

Viralnya bocah penari Pacu Jalur menjadi daya tarik tersendiri. Terutama bagi pihak untuk turut meramaikan agenda tahunan sekaligus pesta rakyat Kuansing ini.

Sebelum menjadi tonton dunia, tahukah Encik dan Puan bagaimana sejarah dari Pacu Jalur Kuansing ini? Lalu seperti apa dampak Pacu Jalur bagi masyarakat? Berikut ulasannya.

Mengenal Pacu Jalur Kuansing

Sebagai informasi bagi Encik dan Puan, Jalur merupakan perahu kayu panjang yang dibuat dari satu batang pohon besar. Dulunya berfungsi sebagai alat transportasi utama untuk hasil bumi seperti pisang dan tebu di sepanjang Sungai Kuantan.

Jalur yang dulunya dimanfaatkan sebagai alat transportasi pengangkut hasil alam masyarakat sekitar, pada akhirnya digunakan untuk perlombaan.

Sebelum Jalur atau perahu kayu ini dibuat, biasanya akan ada proses mencari kayunya di hutan. Lalu sebelum menebang pohon untuk Jalur, akan ada ritual dan penghormatan kepada alam yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Sedangkan Pacu Jalur sendiri merupakan lomba adu cepat perahu hingga mencapai garis finish, dengan jumlah atlet 40-60 orang tiap perahu.

Tidak heran jika festival ini banyak dinantikan oleh masyarakat Kuansing, dan Riau pada umumnya. Sebab menjadi salah satu daya tarik sendiri bagi penontonnya.

Sejarah Jalur

Dikutip kotajalur.kuansing.go.id, Pacu Jalur Kuansing merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi Provinsi Riau berawal sejak abad ke-17.

Hingga saat ini, tradisi lomba perahu dayung atau jalur ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Kuansing. Menariknya tidak hanya diikuti oleh masyarakat setempat, namun juga oleh beberapa kabupaten/kota tetangga.

Dulunya masyarakat Kuansing mulai dari Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti, Kecamatan Cerenti di hilir, menggunakan jalur atau perahu sebagai alat transportasi utamanya, baik untuk mengangkut hasil perkebunan ataupun untuk kegiatan lainnya.

Seiring berkembangnya waktu, jalur ini semakin menunjukkan keunikannya karena diberi ukiran indah. Seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya. Ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).

Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk kepala suku saja yang mengendarai jalur berhias itu.

Jadi Perlombaan

Hingga akhirnya pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik. Yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus.

Kegiatan Pacu Jalur pada zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 Agustus hingga 1 atau 2 September. Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu.

Saat ini Pacu Jalur Kuansing sendiri diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Perlombaan yang konon sudah ada sejak tahun 1903 ini menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.

Pendongkrak Ekonomi Masyarakat

Sudahkah Encik dan Puan menyaksikan bagaimana lautan manusia yang hadir pada Festival Pacu Jalur Kuansing yang diselenggarakan di Tapian Narosa Kabupaten Kuantan Singingi ini?

Jika belum, Encik dan Puan wajib luangkan waktu sekali seumur hidup untuk menjadi bagian dari pesta rakyat Kuansing ini, sebab akan banyak keseruan yang hadir ketika kita menyaksikan langsung bagaimana perlombaan ini dilaksanakan.

Meskipun sesak dan padat dengan banyaknya orang yang hadir, namun festival ini tentunya menjadi pendongkrak ekonomi bagi masyarakatnya. Baik itu dari sisi UMKM penjual souvenir, penyewaan hotel, dan lain sebagainya.

Biasanya setiap penonton rela menghabiskan uangnya untuk sekadar berwisata dan menyaksikan pertandingan adu cepat perahu tersebut. Makanya banyak masyarakat yang memanfaatkan momen tersebut untuk berjualan.

Nah, penasaran bagaimana keseruan menonton Pacu Jalur Kuansing? Encik dan Puan bisa hadir pada momen festival ini di tahun depan di Tapian Narosa Taluk Kuantan.