Aksi Gerakan Menolak ASap (Gemas) digelar saat Car Free Day (CFD), Minggu (28/5/2023). Adapun aksi tersebut merupakan koalisi dari masyarakat umum, mahasiswa, serta seniman Riau.
Aksi Gerakan Menolak Asap tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Dengan membentangkan spanduk sepanjang 80 meter bertuliskan ‘Riau Bebas Asap 2023’ dan aksi teaterikal ‘Jerebu Masa Lalu’ di Tugu Zapin Pekanbaru.
Tugu Zapin dipenuhi sejumlah spanduk yang menyuarakan Riau bebas asap di kawasan Car Free Day Pekanbaru, Minggu (28/5/2023).#infoPKU #carfreedaypekanbaru #riaubebasasap pic.twitter.com/oEz3M9s9wr
— Info Pekanbaru (@infoPKU) May 28, 2023
Untuk Ingatkan Pemprov Riau
Salah seorang koodinator aksi, Veri Syardianta mengatakan bahwa aksi ini untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau. Pihaknya meminta agar Pemprov Riau menjalankan Perda No 1 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan.
“Pada 15 Februari lalu, Gubernur Riau menetapkan status siaga darurat karhutla dengan Nomor: KPTS/191/11/2023 hingga 30 November 2023,” jelasnya.
Sebagi informasi, penetapan status siaga darurat itu berdasarkan arahan Presiden dan Menkopolhukam serta perkiraan BMKG terkait adanya fenomena El Nino 2023.
Jumlah Lahan Terbakar
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, sejak Januari-Mei 2023 lahan terbakar di Riau mencapai 430,46 hektare (ha). Adapun tersebar sebagai berikut:
- Bengkalis 175,46 ha
- Dumai 98,97 ha
- Indragiri Hilir 43,50 ha
- Pelalawan 31,18 ha
- Rokan Hilir 38 ha
- Siak 13,95 ha
- Pekanbaru 10,18 ha
- Kepulauan Meranti 9,75 ha
- Kampar 7 ha
- Indragiri Hulu 2,15 ha.
Diungkapkan Veri, karhutla ini terjadi karena Gubernur Riau lamban menjalankan Perda Nomor 1 Tahun 2019. Yang mana salah satunya adalah dengan melakukan pemantauan di areal yang rawan terjadi karhutla.
Aksi Teatrikal
Dibuka dengan penampilan musik, aksi teaterikal dengan tema “Jerebu Masa Lalu” ini diiringi dengan pembuatan grafity di tugu zapin yang dibalut dengan plastik. Aksi ini menggambarkan situasi saat karhutla terjadi pada 2015 dan 2019.
Seniman Riau, Beni Riaw mengungkapkan bahwa makna dari perpaduan musik, teaterikal, dan grafity ini. Yakni sebatang pohon bisa menjadi seribu batang ‘korek api’, akan tetapi sebatang ‘korek api’ dapat memusnahkan berjuta-juta pohon.
Sementara itu Ketua Mapala Humendala, Hafiz mengatakan bahwa generasi saat ini memiliki tanggungjawab mewariskan lingkungan yang baik dan sehat bagi generasi selanjutnya.
Hal ini merupakan kewajiban dalam mewujudkan keadilan antargenerasi. Menurutnya tanpa desakan dan tuntutan anak muda, hal ini tidak akan pernah terwujud.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa perlawanan ini demi generasi penerus bangsa dapat hidup di masa depan tanpa polusi asap, tanpa lingkungan tercemar, tanpa hutan dirusak.
“Salam Gemas Karhutla,” tutupnya.
Turut hadir beberapa organisasi di Riau, Jikalahari, WALHI Riau, Perkumpulan Elang, Senarai, Begawai Institut, Mapala Suluh, Mapala Humendala, Pondok Belantara, Bahana Mahasiswa, Mapedalhi Mappsy, Masyarakat Riau, dan lainnya.