Pesona ombak “Bono” Semenanjung Kampar makin terkenal sebagai salah satu destinasi ekowisata baru di Provinsi Riau, karena jumlah kunjungan wisatawan naik 40 persen selama dua tahun terakhir.
“Kunjungan turis terus meningkat setiap tahunnya, dua tahun terakhir kunjungan turis ke Bono meningkat hampir 40 persen, dan untuk tahun 2012 kunjungan ke Bono mencapai 600-an orang,” kata Penasehat Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Riau, Ephy Sundari, pada Riau Travel Mart di Pekanbaru, Minggu.
Potensi Bono mulai terkenal, terutama di kalangan penggemar olahraga ekstrim dan peselancar internasional, sejak tahun 2009. Bono merupakan sebutan warga setempat untuk ombak Sungai Kampar, tepatnya berada di Kelurahan Teluk Meranti, daerah Semenanjung Kampar yang berjarak sekitar 185 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Fenomena alam itu terjadi karena pertemuan dua arus dari sungai dan arus laut dari muara, karena daerah itu langsung berhadapan dengan Selat Malaka.
“Iklim kepariwisataan di daerah itu mulai terbentuk karena untuk saat ini masyarakat lokal mulai terbuka kepada para pengunjung atau turis yang melancong ke Bono. Padahal, awalnya warga disana menganggap Bono sebagai bentuk yang menakutkan,” katanya.
Karena itu, Ephy mengatakan ASPPI menggelar pertemuan Riau Travel Mart II dengan tema “For World Tourism, One Night in Bono”. Tujuannya agar asosiasi pelaku pariwisata di seluruh Indonesia ikut mempromosikan Bono kepada turis sebagai objek pariwisata dunia.
Ia mengatakan, ASPPI juga telah kami promosikan potensi Bono di pertemuan agensi travel internasional yang terdiri dari lima negara dari Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, dan Jepang pada tahun lalu.
Menurut dia, meningkatnya jumlah kunjungan turis ke Bono selain karena gencarnya promosi juga disebabkan dukungan dari pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Pelalawan dan Pemprov Riau telah memfasilitasi Bono sebagai salah satu objek wisata unggulan dengan cara membangun infrastruktur jalan, dan memberikan fasilitas seperti perahu cepat, jet ski, papan selancar, serta pembuatan “homestay” di perkampungan warga.
“Harapan saya Bono ini lebih dikenal lagi oleh para wisatawan dunia, karena potensi yang dimiliki oleh Bono bisa tidak kalah dengan objek yang ada di Bali sebagai salah satu objek wisata dunia yang dimiliki Indonesia,” katanya.
Sumber : Antara Riau