Pada tanggal 10 November 1945 yang lalu, terjadi Pertempuran Surabaya yang mana para tentara dan milisi indonesia berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda. Sejak saat itu, tiap tanggal 10 November selalu diperingati sebagai hari Pahlawan Nasional.
Berikut ini pahlawan nasional Riau:
Tuanku Tambusai
Lahir di Dalu-dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, pada tanggal 5 November 1784. Pada masa kecilnya, Tuanku Tambusai bernama Muhammad Saleh. Namun setelah pulang haji, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Tuanku Haji Muhammad Saleh.
Beliau merupakan pemimpin pasukan di daerah Dalu-dalu, Lubuk Sikaping, Padang Lawas, Angkola, Mandailing dan Natal yang berperang melawan Pasukan Kolonial Belanda. Selain itu, ia juga terkenal sebagai penyebar agama Islam.
Bersama-sama dengan Tuanku Imam Bonjol, beliau berjuang dalam perang Padri. Akibatnya ia dikenal dengan julukan “De Padrische Tijger van Rokan” (Harimau Padri dari Rokan), karena sangat sulit dikalahkan, pantang menyerah, serta tidak mau berdamai dengan Belanda.
Selama 15 tahun perjuangannya, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda. Sehingga VOC sering meminta bantuan pasukan dari Batavia. Bahkan berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan.
Namun pada tanggal 28 Desember 1838, benteng 7 lapis di Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Kemudian lewat pintu rahasia, beliau berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda bersama sekutunya. Ia akhirnya hijrah dan wafat di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia pada tanggal 12 November 1882.
Berkat perjuangannya tersebut, Pemerintah akhirnya mengangkat beliau menjadi pahlawan nasional melalui SK Pres: 071 /TK/1995 bertanggal 7-8-1995.
Sultan Syarif Qasim II
Beliau merupakan Sultan ke-12 atau yang terakhir dari kerajaan Siak Sri Indrapura. Ia lahir di Siak Sri Indrapura, pada tanggal 1 Desember 1893.
Ia dinobatkan sebagai Sultan Siak saat berumur 21 tahun menggantikan ayahnya, yakni Sultan Syarif Hasyim. Beliau sendiri merupakan salah seorang yang mendukung Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu jasa beliau adalah tak lama setelah proklamasi kemerdekaan RI, dia menyatakan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura merupakan bagian dari wilayah Indonesia.
Bahkan menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk Pemerintahan Republik Indonesia atau setara dengan 214,5 juta gulden (2014) atau 120,1 juta USD atau Rp 1,47 trilyun.
Beliau bersama Sultan Serdang lah yang mendorong para raja yang ada di Sumatera Timur untuk mendukung serta mengintegrasikan diri dengan Republik Indonesia.
Beliau akhirnya meninggal dunia dengan usia 74 tahun di Rumbai, Pekanbaru, pada tanggal 23 April 1968. Namanya kini diabadikan menjadi Bandara Internasional di Kota Pekanbaru.
Atas perjuangannya tersebut Pemerintah RI akhirnya menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Syarif Kasim II melalui SK Pres: 109/TK/1998 bertanggal 6-11-1998.
Selain Sultan Syarif Qasim II yang berasal dari Siak Sri Indrapura dan Tuanku Tambusai yang berasal dari Rokan Hulu, ada 12 tokoh Riau yang mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Ke-12 pahlawan tersebut ditetapkan Pemerintah Pusat sebagai kado istimewa mengiringi hari ulang tahun Riau pada sidang paripurna DPRD Riau, 9 Agustus 2018 lalu. Perjuangan mereka pun juga tak kalah heroik.
Mereka adalah:
- Tengku Syarifah Fadlun Maharatu dari Siak, yang merupakan Kartini yang berasal dari Riau, permaisuri Kesultanan Siak Sri Inderapura, dikenal juga dengan nama Tengku Agong.
- HM Hamid Yahya dari Pekanbaru, yang merupakan pemilik Rumah Yahya di Jalan Perdagangan, Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru. Rumahnya pernah menjadi gudang logistik dan dapur umum untuk pejuang kemerdekaan Indonesia di Pekanbaru.
- Tengku Ghazali dari Kampar
- Tengku Ilyas dari Rokan Hulu
- Datuk Zainal Abidin dari Rokan Hilir
- Tengku Muhammad dari Indragiri Hilir
- Letkol A. Muis dari Kuantan Singingi
- H. Bakar Oemar dari Kepulauan Meranti
- Tengku Masdulhak dari Dumai
- H. Baharuddin Yusud dari Indragiri Hilir
- Kolonel Polisi Zalik Aris dari Bengkalis
- Tengku Nazir Alwi dari Pelalawan.