Akhir Pekan ini, enaknya kemana ya? Bagaimana kalau mengunjungi Air terjun Batu dinding yuk! Air terjun ini terletak di Desa Tanjung Belit Kecamatan Kampar Kiri Hulu Riau.
Untuk menuju ke objek wisata air terjun Batu Dinding diperlukan sekitar 3 jam perjalanan dari Pekanbaru menuju arah Lipat Kain sepanjang 72 km. Kemudian dari Lipat Kain perjalanan kita lanjutkan ke Desa Gema sekitar 27 km. Dari Desa Gema dilanjutkan lagi sekitar 5 km menuju Desa Tanjung Belit. Untuk menuju Desa Tanjung Belit,tidak ada papan penunjuk yang pasti, sehingga ada baiknya bertanya kepada warga sekitar.
Karena lokasinya yang lumayan jauh, maka diperluka persiapan yang matang sebelum menuju kesana. Pastikan kondisi kendaraan anda sebelum berangkat, bawalah perbekalan yang cukup serta tak lupa pula bawalah baju ganti. Pasalnya, di sepanjang perjalanan nanti tempat-tempat pemberhentian seperti musholla dan SPBU jarang dijumpai.
Sepanjang perjalanan ke Desa Tanjung Belit, kita akan disuguhi berbagai pemandangan alam. Mulai dari kebun sawit, sungai, kebun karet hingga hutan belukar. Selama perjalanan tersebut kita juga bisa mengunjungi situs wisata lainnya di tengah-tengah perjalanan kita.
Contohnya saja, ada Tugu Equator (Tugu Khatulistiwa) yang berada di Lipat kain atau 79 km ke arah selatan Kota Pekanbaru. Lipat kain adalah salah satu ibu kota kecamatan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri. Sayangnya tugu ini tidak terawat dengan baik, banyak coretan dan sampah yang berserakkan dimana-mana.
Kita juga akan melewati Desa Gunung Sahilan. Di desa ini terdapat Bekas istana Kerajaan Gunung Sahilan (1700-1941) yang masih berdiri di kawasan Kampung Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan (Kampar Kiri) Kabupaten Kampar. Dahulu, untuk menuju Istana kita harus melewati jalur sungai melewati Sungai Kampar melalui rakit, pompong atau sampan. Namun saat ini sudah ada jembatan.
Tidak jauh dari jembatan tersebut kita dapat menjumpai sebuah Istana Tua yang sudah tidak terawat yaitu Istana Kerajaan Gunung Sahilan, Istana ini tepat berada di Jalan Istana.
Karena Desa Gema dan Desa Tanjung Belit ini masih pedesaan sekali, tentu banyak warga yang berternak juga sebagai mata pencahariannya. Jadi jangan kaget apabila di jalan menemukan banyak kotoran hewan beserta hewan ternaknya yang melintas ditengah jalan.
Sesampainya di Desa Gema, kita akan disuguhi pemandangan Sungai Subayang dan perbukitan yang indah.
Di Desa Gema, tepatnya di pinggir Sungai Subayang juga sering digunakan untuk perkemahan pramuka atau mahasiswa.
Untuk menuju Desa Tanjung Belit, ada dua jalan yang dapat kita tempuh. Jika belok ke kiri akan ada hutan dan jalan berbukit yang terjal, dulunya hanya dapat dilalui dengan jalan kaki. Tetapi saat ini jalan tersebut sudah dapat dilalui sepeda motor. Jika belok ke kanan kita dapat menyebrang Sungai Subayang dengan menggunakan Perahu Pompong dengan tarif Rp10.000.
Sesampainya di Desa Tanjung Belit, inilah tempat terakhir yang bisa dilalui kendaraan. Kendaraan bisa dititipkan di halaman rumah warga yang menjadi tempat parkir dengan tarif parkir Rp3000.
Karena jalan yang terjal, ada baiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk menghindari cedera. Bagi pengunjung yang jarang berolahraga, dengan waktu tempuh 45 menit dan jalan setapak yang cukup curam apalgi kalau musim penghujan, jalur ini akan terasa berat. Jadi perlu persiapan yang matang.
Setelah 45 menit berjalan kaki, sayup-sayup suara gemericik air terdengar. Akhirnya sampai juga di Air Terjun Batu Dinding. Ada 3 air terjun di kompleks wisata Batu Dinding ini, yang sedang dituju saat ini namanya Air Selancar. Merupakan air terjun tertinggi, terdapat kolam kecil dan dangkal. Bagi yang ingin terjun harap berhati-hati ya.
Berminat kesini? Yuk kita jelajahi Provinsi Riau, masih banyak objek wisata yang belum diekplorasi 😉
apa kita bisa berkemah disekitar air terjun tu min ? mohon penjelasan nya