Jika membahas tentang karya seni tentu tidak akan ada habisnya, karena saat ini semakin banyak kreativitas yang muncul di dalam dunia seni. Hal tersebut yang mendasari Tengku Fitra Rizka (27), bersama timnya yang bergelut di bidang desain dan lukis membentuk sebuah UKM bernama Orens.Blossom.
Dengan mengusung tagline “Be unique… be artfull.. be Orens.Blossom†ia menyediakan barang-barang serba lukis yang limited edition, unik dan personal.
Pada bulan Oktober 2010, setelah lulus dari Fisipol Unri, Jurusan Ilmu Komunikasi, Ika biasa ia dipanggil, berniat untuk memiliki sebuah usaha yang unik dan belum ada Di Pekanbaru. Meski ia tidak memiliki latar belakang di dunia seni, ia tetap semangat untuk membuka usaha ini.
Orens.Blossom sendiri memiliki makna yang unik, dengan maskot yang muncul dengan wujud Cewek Stylish yang bernama Orens dan cowok gaul yang bernama Blossom.
“Diharapkan produk-produk Orens.Blossom dapat digunakan oleh semua kalangan,†ujar gadis berkacamata ini.
Adapun produk Orens.Blossom antara lain kaos lukis, mug lukis, piring lukis, sepatu lukis, sketsa wajah, karikatur digital serta yang sedang trend Di Indonesia, yakni WPAP. Selain untuk diri sendiri mapun couple, produk-produk Orens.Blossom dapat dijadikan sebagai kado untuk orang-orang tersayang.
Saat ini, Orens.Blossom memiliki 4 orang karyawan tetap dan 3 orang freelance. Produk-produk Orens.Blossom sendiri memiliki harga yang bersahabat, mulai dari harga Rp.35.000-Rp.250.000, sesuai dengan tingkat kesulitan pesanan.
Tertarik dengan produk-produk Orens.Blossom? Yuk berkunjung ke galerinya di Jalan Kenari No 9 Sukajadi 🙂
Bingung mau weekend kemana? Apalagi kita tahu Pekanbaru minim tempat Wisata, sehingga tidak ada salahnya kita berwisata ke “Sungai Hijau”.
Sungai Hijau berada di Kecamatan Salo, Kampar. Jaraknya sekitar lima kilometer dari kota Bangkinang. Jika ditempuh dengan kendaraan roda dua dari Pekanbaru, sekitar satu setengah jam.
Mengapa dinamakan sungai Hijau? Karena adanya lumut dan ganggang di sekitaran sungai sehingga menyebabkan airnya berwarna hijau.
Pemberian nama Sungai Hijau ini ternyata berasal dari sebutan pengunjung. Padahal, sejak dulu sungai ini bernama Sungai Salo.
Menurut masyarakat setempat, dulunya Sungai Hijau itu hanya satu. Namun sekarang terbagi dua, di atas dan di bawah.
Lokasi ini kini kian diminati oleh para pengunjung, terutama pengunjung dari Kampar, Kota Pekanbaru dan Rokan Hulu. Bahkan masyarakat Payakumbuh juga sering ke lokasi ini.
Pada awalnya kawasan ini sempat dipagar pemiliknya Hj Murni yang tidak setuju kebun karetnya dijadikan tempat wisata oleh masyarakat.
Akhirnya mimin memutuskan untuk ke tempat atas. Adapun biaya masuknya hanya Rp 5.000 per orang. Sangat murah untuk bisa menikmati tempat “wisata pemandian Sungai Hijau atas” (sesuai dengan spanduknya).
Setibanya disana terlihat ramainya para pengunjung. Ternyata sungainya memang berwarna Hijau. Sungai yang kecil dengan arus sedang dan sekitarannya dipenuhi lumut dan ganggang. Serta dibawahnya terdapat pasir bercampur batu kerikil dan airnya yang begitu jernih serta dingin. Sungguh pemandangan yang indah dan eksotis.
Karena Sungai ini dangkal, maka tidak perlu takut tenggelam bila tidak bisa berenang :p Kedalamannya hanya sekitar setinggi lutut atau pun paha orang dewasa. Jadi, cocok untuk yang mau menghilangkan kejenuhan, penat dari kegiatan kerja atau pun sekolah.
Walaupun cuaca siang panas terik, tapi airnya tetap dingin lho. Saat kita mengambil pasir yang bercampur kerikil dari dasar sungai, airnya kembali jernih.
Bagi yang penasaran mau kesana dan takut nyasar. Nih mimin kasih petunjuk lokasinya. Harap dicatat ya 😉
Lokasinya sekitar tiga kilometer jalan lintas dari Bangkinang ke arah Provinsi Sumatera Barat. Setelah markas Batalyon Infanteri 132/Bima Sakti atau Yonif 132/BS ada simpang tiga tugu batu belah. Kemudian belok ke kiri, lalu lurus terus hingga simpang empat. Lalu belok kiri dan ikuti jalan tersebut. Disebelah kanan, akan ada tulisan Sungai Hijau atas. Kalau mau nyari yang bawah, tinggal lurus lagi.
Dengan lokasinya yang tidak begitu jauh dari Pekanbaru dan biaya masuknya yang murah, tidak ada salahnya kita berwisata kesana 🙂
Tidak ada salahnya jika kita berkunjung ke Museum Sang Nila Utama di akhir pekan bersama keluarga. Mirisnya saat ini sangat jarang sekali orang yang berkunjung ke museum.
Padahal dengan berkunjung ke museum, kita dapat mengenal budaya dan benda-benda kuno peninggalan zaman dulu.
Terletak di jalan Jenderal Sudirman No 194 Pekanbaru, museum ini diresmikan oleh Direktur Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Edi Sedyawati pada tanggal 9 Juli 1994.
Nama “Sang Nila Utama” ini berasal dari nama seorang Raja Bintan yang berkuasa sekitar abad XIII di Pulau Bintan.
Simpan Berbagai Koleksi
Tidak disangka, museum ini menyimpan banyak koleksi. Jumlah koleksi yang dimiliki museum ini sampai tahun 2010 adalah 3.886 koleksi. Koleksi ini diklasifikasikan menjadi 10 jenis, yakni:
Geologika/geografika
Koleksi yang berhubungan dengan geologi dan geografi
Biologika
Koleksi yang berhubungan dengan biologi
Etnografika
Koleksi yang berhubungan dengan suku bangsa
Arkeologi
Koleksi yang berhubungan dengan kepurbakalaan
Historika
Koleksi yang berhubungan dengan sejarah
Numistika dan Heraldika
Koleksi yang berhubungan dengan mata uang, stempel dan tanda jasa
Filologika
Koleksi yang berhubungan dengan naskah kuno
Keramologika
Koleksi yang berhubungan dengan gerabah dan keramik
Seni Rupa
Koleksi yang berhubungan dengan seni lukis,seni kerajinan tangan dan seni patung
10. Teknologika/ modern
Koleksi yang berhubungan dengan teknologi dan rekayasa
Fasilitas
Gedung pameran umum ini memiliki luas 1.123 dan terdiri dari dua lantai. Museum satu-satunya di Provinsi Riau ini juga memiliki beberapa fasilitas lain, yakni taman untuk bermain gedung auditorium yang dapat digunakan untuk acara seminar, penyuluhan serta perpustakaan yang dapat dimanfaatkan masyarakat umum untuk mencari informasi.
Saat memasuki gedung utama, kita akan disambut oleh petugas yang ramah. Sebelum mengunjungi museum, pengunjung akan diminta untuk menitipkan barang-barang di penitipan barang. Kemudian, pengunjung dapat mengelilingi sendiri ruang museum.
Miliki Koleksi Menarik
Koleksi-koleksi yang dipajang di museum ada yang dipajang di dalam lemari kaca atau tanpa lemari kaca. Biasanya yang di pajang di lemari kaca tersebut ialah koleksi yang sudah lama dan perlu perawatan khusus. Tidak semua yang dipajang di museum ini koleksi asli, beberapa merupakan replika.
Koleksi-koleksi yang paling menonjol ialah sejarah-sejarah Provinsi Riau, ditampilkan foto-foto beberapa tempat bersejarah serta tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam pembangunan provinsi Riau.
Kemudian ada maket dari beberapa situs bersejarah dan tempat penting di provinsi Riau, seperti maket istana-istana yang berdiri di beberapa kabupaten, serta koleksi pertambangan minyak bumi Chevron, karena Provinsi Riau adalah salah satu Provinsi yang menghasilkan minyak bumi terbesar di Indonesia.
Koleksi peralatan dan barang-barang tambang seperti mata bor, replika pompa ayun, batuan pembentuk minyak bumi, dan crude oil atau minyak mentah menjadi koleksi paling unik yang jarang ditemukan di museum lainnya.
Kurang Publikasi
Seperti halnya museum-museum di Indonesia, museum Sang Nila Utama ini pun kurang terawat dan sepi pengunjung. Padahal terdapat banyak koleksi menarik yang di pajang di museum ini. Perlu adanya publikasi yang lebih banyak agar museum Sang Nila Utama ini dapat dikenal masyarakat luas dan menjadi tujuan wisata di Kota Pekanbaru.
Jam Operasional
Jika Encik dan Puan ingin berkunjung, berikut jadwalnya:
Selasa-Kamis: 08.00 – 15.00 WIB
Jumat: 08.00 – 13.00 WIB
Sabtu dan Minggu: 08.00-14.00
Senin & Hari libur nasional: Tutup
Harga Karcis
Adapun harga tiket masuknya sendiri bervariasi, untuk wisatawan lokal sebagai berikut:
Dewasa: Rp5.000/orang
Anak-anak berusia di bawah 10 tahun (TK): Rp3.000/orang
Rombongan pelajar/mahasiswa: Rp3.500/orang
Rombongan minimal 20 orang: Rp4.000/orang
Sedangkan untuk wisatawan luar/mancanegara, ini tarifnya:
Dewasa: Rp15.000/orang
Anak-anak berusia di bawah 10 tahun: Rp7.500/orang
Setelah sukses mengadakan Bulan Pusaka pada bulan Agustus yang lalu, Komunitas Riau Heritage kembali mengadakan kegiatan kebudayaan, yakni seminar Ornamen di Tanah Melayu Riau serta kunjungan ke Museum Sang Nila Utama, Pekanbaru.
Seminar ini dilaksanakan pada hari Sabtu (18/10), yang menghadirkan narasumber Jon Kobet, salah seorang budayawan Riau dan Dedi Ariandi yang merupakan penggiat komunitas Riau Heritage. Acara ini dimulai dari pukul 09.00 sampai pukul 14.00, yang mana acara ini terbagi dalam 3 Sesi.
Pada sesi pertama yaitu seminar Ornamen di Tanah Melayu Riau diisi oleh Jon Kobet. Dalam seminarnya, Jon Kobet membicarakan tentang corak dan motif-motif yang ada didalam unsur-unsur kebudayaan melayu.
Diungkapkan Jon Kobet, “Pada awalnya, seni corak melayu ini diadaptasi dari alam sekitar seperti tumbuhan. Setelah masuknya kebudayaan luar, maka seni corak melayu pun mengalami perkembangan, seperti motif-motif hewan yang mengadaptasi budaya Cina dan Eropa.”
Kemudian sesi kedua diisi dengan kunjungan ke Museum Daerah Riau Sang Nila Utama. Di museum ini terdapat banyak koleksi peninggalan sejarah dari berbagai daerah di Provinsi Riau. Antusiasme peserta seminar cukup baik, terlihat dari para peserta yang tertarik mencari info tentang koleksi-koleksi yang di pajang di museum.
Setelah sekitar setengah jam mengelilingi museum, kemudian dilanjutkan dengan sesi ketiga, diskusi tentang museum oleh Dedi Ariandi, suasana diskusi lebih santai. Acara ini merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya Melayu Riau. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, yuk mari kita mengenal budaya Melayu Riau ^_^
Perbedaan itu indah, mari kita sikapi perbedaan itu dengan bijak. Seperti yang kita ketahui, (lagi-lagi) terdapat perbedaan kapan Idul Adha di Indonesia. Kali ini Muhammadiyah tanggal 4 Oktober, sedangkan pemerintah menetapkan tanggal 5 Oktober.
Bagi yang ingin melaksanakan shalat Ied tanggal 4 Oktober, berikut ini lokasinya:
No
Tempat
Khatib
1
Lapangan Komplek Perguruan Muhammadiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 88, Sukajadi
Drs. Zulkifli Bega, SH., MH
2
Lapangan Parkir Matahari Citra Plaza Jl. Kesuma/Tuanku Tambusai, Sukajadi
Apandi, S.Ag., M.Si
3
Lapangan Masjid Nurul Yaqin Muhammadiyah Jl. Paus Gg Nurul Yakin, Marpoyan Damai
Arfanuddin, S.Ag
4
Lapangan MTs Muhammadiyah 02 Pekanbaru Jl. Srikandi Kel. Delima-Tampan
Yazidul Akhir, S.Pd.I
5
Lapangan SMK Muhammadiyah 03 Pekanbaru Jl. Cipta Karya Panam-Tampan
M. Shaleh Amahoroe, SE., MM
6
Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Jl. HOS Cokroaminoto, Sukaramai-Pekanbaru Kota
H.M.Zulfadli, S.Pd.I
7
Halaman Lotte Mart Jl. Soekarno Hatta, Labuhbaru-Payung Sekaki
Dr. Ahmad Adri Riva’i, M.Ag
8
Lapangan Kantor PU Senapelan-Pekanbaru Jl. Riau, Senapelan
Dr. H. Abdul Wahid, MA
9
Lapangan SMP Muhammadiyah 02 Pekanbaru Jl. Tengku Bay(Utama) simpang Tiga-Bukit Raya
Drs. H. Ismail Ahmad, SH., M.Hi
10
Masjid Dakwah Lapangan CPI Rumbai
Selain di lokasi diatas, Halaman Kantor Gubernur Riau juga akan menjadi lokasi pelaksanaan Salat Idul Adha pada hari Sabtu (4/10) kemudian juga pada Minggu (5/10).
Batik Tabir Riau pertama kali muncul saat kegiatan “Cenderahati Riau 2005” di Pekanbaru yang diadakan pada tanggal 14-16 Maret 2005. Batik Tabir ini merupakan hasil revolusi Batik Tradisional Riau, sehingga menjadi Batik Modern seperti sekarang ini.
Selain di Kota Pekanbaru, Batik Riau juga dikembangkan di Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu tentunya dengan memakai motif khas daerah yang bersangkutan.
Berikut Jenis-Jenis Batik Riau :
Kain batik bahan sutera
Kain batik bahan Katun
Kain batik bahan dobi
Kain batik bahan tenun ATBM
Kain batik bahan tenun ATM
Kain batik bahan Thai Silk
Dan lain-lain
Adapun Batik Tabir Riau mempunyai 200 motif, dimana 39 motif diantaranya telah dipatenkan di HaKI.
Berikut Motif-motif Batik Tabir Riau yang Sudah Mempunyai Hak Paten (HaKI):
Pada tanggal 2 Oktober 2009 Unesco menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sejak saat itu, kita memperingatinya sebagai hari Batik Nasional.
Berhubung sekarang ini hari Batik Nasional, tak ada salahnya kita membahas tentang sejarah batik Riau.
Awal Mula Batik Riau
Batik Riau bermula sejak jaman Kerajaan Melayu dulu, yakni Kerajaan Daik Lingga (1824-1911) di Kepulauan Riau. Batik di jaman Lingga ini tidak menggunakan lilin sebagai perintang warna, melainkan pewarna perak dan kuning dicap pada bahan kain menggunakan perunggu yang bercorak khas melayu. Kain yang digunakaan adalah kain halus, seperti sutra.
Seiring perjalanan waktu, penggunaan logam perunggu ini pun berakhir dan digantikan dengan bahan kayu yang lunak yang disebut kerajinan Telepuk. Kerajinan Telepuk ini menggunakan menggunakan bahan cap yang berasal dari buah-buahan keras, seperti kentang. Telepuk sendiri berarti gambar bunga-bungaan dengan perada pada kain atau kertas. Kain Telepuk merupakan kain berbunga-bunga yang berasal dari India.
Batik Riau Modern
Pada tahun 1985, Pemerintah Provinsi Riau berupaya membangkitkan kembali Batik Riau dengan memberi pelatihan kepada masyarakat. Teknik dan pembuatan Batik Riau sama halnya dengan pembuatan batik Jawa yang menggunakan Canting. Yang membedakannya adalah motifnya, yakni motif tenun Melayu Riau.
Lalu, dari pelatihan tersebut muncullah tiga perajin batik di Provinsi Riau/Pekanbaru:
Batik Lancang Kuning (Batik Tulis) oleh Ibu Sudirah
Tanjung Sari (Batik Tulis) oleh Ibu tanjung Batik
Batik Selerang (Batik Printing) oleh Ibu Yuliar Rofa’i
Pada tahun 1998, Dekranasda Riau yang dipimpin oleh Ibu Hj. Titiek Murniati Soeripto, juga telah mengembangkan batik printing. Kemudian dibawah kepemimpinan Ibu Hj. Mardalena Saleh, pada tahun 2003 Dekranasda Provinsi Riau mengembangkan batik dengan produksi Batik Cap. Dalam perkembangannya, batik ini disebut batik Riau. Karena prosesnya yang tidak berbeda dengan batik yang berasal dari jawa, sehingga batik ini kembali terlupakan.
Kemudian barulah di tahun 2014, Ibu Dra. Hj. Septina Primawati Rusli, MM., selaku Ketua Dekranasda Provinsi Riau berupaya membangkitkan kembali kerajinan batik ini dengan menggunakan pola baru pada disain sehingga terlihat kekhasan batik Riau.
Salah seorang seniman yang juga pengurus Dekranasda Provinsi Riau yakni H. Encik Amrun Salmon akhirnya menghasilkan suatu pola baru dengan membuat batik tulis/colet berpola dengan mengambil ilham dari tabir belang budaya Melayu Riau yang bergaris memanjang dari atas ke bawah dengan motif-motif Melayu terutama terdapat pada tabir pelaminan Melayu Riau.
Dari motif-motif tersebut maka dikembangkan menjadi sebuah motif baru yang diberi nama sesuai aslinya. Berikut motif baru batik Riau: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dan masih banyak lagi.
Lalu Batik Riau ini tumbuh berkembang dan diberi nama “Batik Tabir“.
RS Islam Ibnu Sina
Jl. Melati No 60
Kode Pos 28122
Telp : 0761-24242
Fax : 0761-35698
E-mail : rsiis@rsi-ibnusina.com
RSAB Eria Bunda
Jl. KH. Ahmad Dahlan No 163
Kode Pos 28128
Telp : 0761-23100
Fax : 0761-857013
E-mail : layanan@rsia-eriabunda.com
RSIA Andini
Jl. Tuanku Tambusai No 55
Kode Pos 28282
Telp : 0761-33649
Fax : 0761-33850
RSUD Petala Bumi
Jl. Dr. Soetomo No 65
Kode Pos 28142
Telp : 0761-23024
Fax : 0761-561031
E-mail : rspetalabumi@yahoo.co.id
RSIA Zainab
Jl. Ronggo warsito I No 01
Telp : 0761-24000/2544
Fax : 0761-859448
E-mail : rszainab@yahoo.com
RS Andini Rumbai
Kode Pos 53171
Telp : 0761-53171
Demikian dijelaskan oleh Kepala Unit Kepesertaan BPJS Kesehatan Cabang Pekanbaru Asti Putri Dewi Santri di Pekanbaru, Rabu (1/10), peserta BPJS Kesehatan dapat dirujuk ke rumah sakit tersebut jika memang dalam kondisi parah atau butuh pertolongan medis komplit.
Saat ini, jumlah peserta BPJS Kesehatan Cabang Pekanbaru yang terdata lebih dari 1,4 juta peserta. Lebih dari 70 persennya berasal dari kategori masyarakat mandiri.
Seperti yang kami kutip dari mediacenter.riau.go.id, Kepala Wilayah BPJS Kesehatan Sumbagteng, Benjamin Saut mengatakan bahwa selain dari masyarakat mandiri, ada 250 ribu peserta yang berasal dari PNS, TNI dan Polri
Kepala Cabang BPJS Kesehatan Pekanbaru, Meiryanto, menambahkan, untuk perusahaan yang sudah mendaftarkan karyawan beserta keluarganya sebagai peserta ada sebanyak 1.070 dari 1.141 perusahaan yang telah melakukan registrasi.
Dia menuturkan, saat ini masih ada sekitar 2.000 perusahaan di Pekanbaru yang belum melakukan registrasi kepesertaan. (MCRiau)
Saat ini Pemerintah Kota Pekanbaru sedang menggalakkan program “Gerakan Magrib Mengaji”. Hal ini sesuai dengan visi walikota Pekanbaru yang ingin menjadikan kota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan yang Madani.
Walikota sendiri mengatakan bahwa “Gerakan Magrib Mengaji” ini sangat penting dalam upaya menciptakan manusia yang beriman dan berakhlak mulia yang akan menjadi bekal utama nantinya.
Menurutnya, konsep Pekanbaru Metropolitan Madani itu sudah bagus. Karena Pekanbaru kedepannya akan menjadi kota besar sehingga harus diikuti pula dengan peningkatan akhlak dan iman.
Jadi ingat masa kecil dulu ya, sehabis maghrib dilanjutkan dengan mengaji bersama. Oleh karena itu, mari kita semua dukung program “Gerakan Magrib Mengaji” ini 🙂
Berbeda dengan Riau Expo tahun-tahun sebelumnya, kali ini beberapa stand di Riau Expo mengadakan kuis untuk para pengunjung standnya.
Seperti di stand Setdaprov Riau dan Dispenda Riau yang terletak di Hall Lancang Kuning. Bahkan saat mimin mengikuti kuis di stand Setdaprov, salah satu penjaga standnya memberi bocoran jawaban kuisnya lho :))
Ada banyak stand yang bisa kita lihat di Riau Expo kali ini, beberapa instansi pemerintahan, terutama Provinsi Riau, beserta stand milik kabupaten/kota Provinsi tetangga juga ikut meramaikan Riau Expo kali ini.
Di stand milik Dinas Komunikasi Informatika & PDE Provinsi Riau, kita bisa menggunakan layanan internet yang disebut Media Center. Selain itu yang pengen ngerasain gimana rasanya jadi presenter berita bisa langsung datang ke stand ini. Encik & Puan bakal direkam oleh kamera layaknya presenter sungguhan serta akan langsung ditayangkan di televisi yang berada di stand tersebut.
Beralih ke stand Dispenda, Encik & Puan bisa mengecek berapa pajak yang harus dibayarkan beserta persyaratan untuk memperpanjang STNK baik setahun maunpun lima tahun. Di luar stand, ada mobil Samsat Keliling yang mulai beroperasi sejak pukul 10.00-20.00 WIB di Riau Expo.
Berkunjung ke stand Dinas Pariwisata Provinsi Riau kita akan disambut oleh Bujang Dara Provinsi Riau. Setelah mengisi buku tamu kita bisa membawa pulang buku yang berisi tentang pariwisata di Riau.
Ternyata disini ada stand BKD, jadi buat yang bingung tentang CPNS 2014 bisa mampir. Ada simulasi CAT nya lho. Juga ada stand DPRD Riau, kita bisa melihat siapa sih anggota dewan periode 2014-2019.
Seperti biasa, tiap daerah memamerkan produk daerah masing-masing. Nih buat yang tak tau, Riau udah bisa memproduksi beras sendiri lho. Namanya Riau Rice yang dproduksi oleh PT Riau Multi Trade (RMT) sejak 20 Mei 2008 lalu. RMT sendiri merupakan anak perusahaan Riau Investment Corporation (RIC) yang berkonsentrasi pada bisnis serta usaha pertambangan dan agrikultur.
Jangan lupa pula kunjungi stand Bina Marga Provinsi Riau, disini Encik & Puan bisa melihat seperti apa pembangunan Riau ke depannya. Ada fly over SKA yang akan segera dibangun hingga Jembatan Siak IV.
Di panggung utama, Encik & Puan yang dah penat abis jalan-jalan bisa menikmati hiburan musik. Rasanya tak cukup cuma semalam untuk mengunjungi stand-stand disana.