Kalau kamu pernah mendengar lagu Aitakatta, Koisuru Fortune Cookie, kamu pasti tahu siapa penyanyinya. Siapa lagi kalau bukan Akihabara48 (AKB48), Grup Idol dari negeri Sakura, Jepang. Mereka telah mempunyai “adik” di berbagai negara, seperti di Indonesia, dengan Jakarta48 (JKT48).
Banyak yang menjadi 48 Family (sebutan fans dari Idol 48), salah satunya ada di kota Pekanbaru. Di sini telah berdiri beberapa komunitas 48 Family, seperti JKT48 Pekanbaru dan PKU48.
Pada Ahad (27/12) sore, 48 Family mengadakan acara perayaan ”4th Anniversary 48 Family Pekanbaru” di Gedung Taman Budaya Riau, Jalan Jenderal Sudirman.
Dengan mengusung tema “Takkan Hilang Wota di Bumi Melayu”, acara yang dimulai dari Pukul 16.00 WIB ini dimeriahkan oleh berbagai akustik, stand up dan komunitas.
Seperti 4kustik8ingo!, PKU48, Seikatsu Cosplay, FBK Entertainment, Arif Fianto, Aggressive Jumpstyle Power, The Ruf, Asy Lanning, Proxion, Nanda Bdoel, Hissatsu Team dan MCSCI PKU.
Sedangkan konsep acaranya adalah seperti teater dan ditujukan kepada seluruh 48 Family yang ada di Riau khususnya Pekanbaru.
Hafiz Pradipto, selaku Ketua Panitia Pelaksana menjelaskan, “acara ini bertujuan sebagai ajang silaturrahmi semua 48 Family yang ada di Pekanbaru”.
Saat ini musik beraliran Jepang memang sedang digandrungi para remaja, termasuk musik dari grup idol, dimana anggotanya adalah para wanita berparas rupawan.
Tambahnya lagi, “Sekitar 150 orang datang ke acara ini, dan jumlahnya benar-benar diluar perkiraan kami”.
Sam Fauzi, selaku Penanggung Jawab program School Update RTV, mengapresiasi dengan adanya acara yang positif ini. “Acara ini sangat menarik, bersifat positif dan diadakan oleh anak muda seperti kalian, sukses untuk kalian,” ujarnya.
Setiap tahun acara ini diadakan di akhir tahun, tetapi bukan hanya sekedar merayakan Anniversary, tetapi juga pelantikan pengurus baru untuk tahun mendatang. Tidak lupa juga diselingi oleh beberapa games serta kuis.
Kemudian dilakukan peniupan lilin pada dua buah kue tart, tanda resminya #4tahunwot48ertuah, harapan mereka semua adalah “semoga di tahun depan, JKT48 bisa datang ke kota Pekanbaru”.
Jika kamu tertarik bergabung dengan 48 Family Pekanbaru, bisa menghubungi sosial media mereka dibawah ini:
Pada Ahad (27/12) pagi, Aula RRI Pekanbaru Jalan Jendral Sudirman No. 440 sudah dipenuhi lautan manusia, mereka tidak sabar mengikuti acara “Seminar Remaja, Teknologi dan Remaja Kespro” yang ditaja oleh STAR PKBI dengan moderator Andreass Julio.
Dalam seminar yang diadakan dari Pukul 09.30 WIB ini, terdapat tiga orang pembicara dengan latar yang berbeda, yakni:
Pembicara I Ahyani RF., S.Psi, M.A., selaku Psikolog, menjelaskan tentang kespro, mulai dari tujuan, bentuk perilaku, dampak fisik, dampak psikologis hingga hambatan kespro.
“Kespro sangat penting, khususnya remaja, dari sana mereka akan mengetahui kapan tingkat pematangan usia mereka,” ujar dosen Fakultas Psikologi UIN Suska Riau ini.
Memang dengan usia yang masih muda dan memasuki pubertas, tidak memungkinkan akan terjadinya penyimpangan seksual atau juga pernikahan dini. Maka dari itu diperlukan pengetahuan akan kespro sehingga nantinya usia remaja lebih matang.
Selesai dengan Ahyani RF., S.Psi, M.A., kemudian pembicara dilanjutkan ke Hikmah Rizky Utami, selaku volunteer dari STAR PKBI.
Ia mulai menceritakan tentang Kespro, yakni merupakan kepanjangan dari Kesehatan Reproduksi. Banyak mitos tentang kesehatan reproduksi yang beredar karena diakibatkan kurangnya informasi.
Oleh karena itu Tami, selaku anggota STAR PKBI menyarankan “sebaiknya tempat sharing yang tepat mengenai kespro adalah ke orang tua. Namun pada saat ini para remaja malu membicarakan hal itu ke orang tuanya”.
Tambah mahasiswa Fapertapet UIN Suska Riau ini, “para remaja lebih suka membicarakan ke teman atau juga mencari tahu di internet”.
Seperti yang kita ketahui, informasi mengenai kespro yang ada pada di internet belum tentu benar dan terpercaya. Maka ia berpesan agar para remaja lebih berhati-hati dan mampu memilah-memilih saat mencari informasi kespro pada internet.
Lalu pembicara terakhir adalah Said Muhammad Zaki. Dimulai dari membicarakan remaja teknologi. Banyak remaja sekarang yang sudah menggunakan smartphone dan mengakses internet. Di internet banyak terdapat situs, baik bersifat postif maupun negatif.
Remaja pun mulai mencari tahu tentang Kespro dengan memanfaatkan kemudahan mengakses internet. Sayangnya, tatkala mereka berselancar di dunia maya, para remaja juga mengakses situs yang negatif seperti situs pornografi.
Said Muhammad Zaki, ownerinfoPKU, mengatakan “saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menuntaskan situs-situs pornografi, salah satunya dengan memblok situs tersebut, dengan adanya internet positif”.
Meski pemerintah berupaya memblok situs pornografi, kenyataannya bahwa situs-situs pornografi yang baru selalu bermunculan.
Menanggapi hal itu, pria kelahiran Bangkinang ini mengharapkan agar para remaja mampu memfilter dalam mencari segala informasi terkait kespro yang ada di internet.
Usai para pembicara menyampaikan materinya, maka seminar Remaja, Teknologi dan Remaja Kespro pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Kemudian acara dilanjutkan dengan launching aplikasi “sobat ask”. Aplikasi ini sangat berguna bagi remaja yang ingin lebih tahu tentang kespro dan dapat di download di Google Play Store.
Jadi para remaja kini tak perlu khawatir lagi salah mendapatkan informasi, cukup dengan mengakses ke situs www.sobatask.net.
Selesai launching aplikasi, para peserta seminar dikejutkan dengan kehadiran H. Firdaus, ST, MT, Walikota Pekanbaru.
Tidak banyak yang disampaikan oleh orang nomor satu di Pekanbaru ini pada acara yang dominasi oleh para remaja. Beliau berpesan kepada para peserta seminar untuk menjadi remaja yang berjiwa positif dan berakhlak.
Seraya beliau meninggalkan ruangan tersebut, para peserta seminar pun menyorakkan semangatnya lewat kalimat “kita hebat berani beraksi”.
Terakhir, acara seminar ditutup dengan pembagian sertifikat dan bracelet yang menandakan perlawanan terhadap penyakit HIV/AIDS, bukan pada penderitanya.
Taman Nasional adalah taman yang memiliki fungsi untuk melindungi flora dan fauna serta keindahan alam dari perkembangan manusia dan polusi.
Ini dimaksudkan untuk pelestarian flora dan fauna agar generasi mendatang juga dapat menikmati. Saat ini ada tiga Taman Nasional yang berada di Propinsi Riau.
Tiga Taman Nasional tersebut adalah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dan yang terbaru Taman Nasional Zamrud.
Ketiga Taman tersebut tidak termasuk Situs Warisan Dunia atau bagian dari World Network of Biosphere, akan tetapi pesonanya sungguh menakjubkan.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)
Tesso Nilo | infoPKU.com
Dihimpun dari Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia. Tesso Nilo adalah salah satu blok hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera.
Kawasan ini terletak di Provinsi Riau dan terbentang di empat kabupaten yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 255/Menhut-II/2004, pada tanggal 19 Juli 2004, hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu dengan luas 38.576 Ha ditunjuk menjadi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Pada tanggal 19 Oktober 2009, Taman Nasional tersebut diperluas menjadi + 83.068 Ha. Sebelumnya kawasan ini adalah bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Mengenai asal mula nama Tesso Nilo sendiri diambil dari dua nama sungai yang berada di bagian timur, yaitu Sungai Nilo serta di bagian barat, yaitu Sungai Tesso.
Kawasan TNTN juga menjadi area tangkapan air (catcment area) untuk kedua sungai tersebut dan Sungai Segati yang berada di bagian Utara.
Di dalam TNTN terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia.
Selain itu, TNTN adalah hutan dataran rendah yang menjadi kawasan konservasi dari 60-80 Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) maupun Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae).
Selain melindungi flora dan fauna yang beragam, TNTN ini juga mempunyai potensi ekonomi yang telah dipasarkan sampai ke negara tetangga Malaysia, yaitu Madu hutan yang sering disebut Madu Sialang dari TNTN.
Dinamakan Madu Sialang karena madu ini berasal dari kelompok lebah yang hidup dan bersarang di pohon Sialang yang tumbuh dalam hutan.
Sedangkan khasiat Madu Sialang bagi tubuh, diantaranya untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti alergi, influenza, sakit kepala akibat sinus, perut kembung, darah tinggi, diabetes, serta untuk menurunkan kadar kolesterol, mengurangi resiko jantung, dan menjaga stamina tubuh.
TNTN juga menyimpan potensi ekonomi lainnya, seperti sarangnya yang merupakan bahan baku yang berkualitas untuk pembuatan lilin yang sudah dipasarkan secara nasional. Hal ini dikarenakan lilin sarang madu sialang lebih tahan lama dibanding lilin parafin.
Selain potensi ekonomi, TNTN juga menawarkan berbagai macam potensi wisata alam berupa menyaksikan proses pemanenan madu, susur sungai Nilo dengan menggunakan perahu ketek, berinteraksi dengan gajah latih, menjelajah hutan hujan pada rute trail ekowisata, menaiki gajah latih untuk memantau gajah liar, menanam pohon endemik khas TNTN, lalu menikmati keindahan panorama kawasan TNTN dari menara pantau.
Begitu banyak pesona yang ditawarkan TNTN, jika hendak berkunjung ke sana terlebih dahulu bisa menghubungi Balai TNTN yang beralamat di Jalan Raya Langgam Km. 4 Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau dengan nomor telepon (0761) 494728 atau melalui email: balai_tntn@tntessonilo.com
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
Source: Detikcom
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah Taman Nasional dengan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera dan terletak di perbatasan propinsi Riau dan Jambi.
Di Propinsi Riau, kawasannya mencakup Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Propinsi Jambi, kawasannya mencakup Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995, luas keseluruhan TNBT ini adalah 127.698 hektar. Selanjutnya setelah dilakukan penataan batas, maka berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 607/Kpts-II/2002, luasnya ditambah menjadi 144.223 hektar.
Dikarenakan wilayah TNBT berada di perbatasan dua Propinsi, maka TNBT terbagi dalam dua wilayah dengan perincian 111.233 hektar berada di Propinsi Riau dan 33.000 hektar berada di Propinsi Jambi.
Kepala Balai TNBT wilayah Riau, Ir. Moh. Haryono, M.si, mengatakan “mengenai koordinasi pengelolaannya, Balai Taman Nasional merupakan sebuah organisasi yang mengelola TNBT di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Meskipun, terbagi atas Seksi 1 Wilayah Provinsi Jambi (Tebo dan Tanjung Jabung Barat) serta Seksi 2 Provinsi Riau (Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir) namun pengelolaannya tidak dibatasi administratif, sehingga koordinasi tetap dilaksanakan”.
Menurut legenda, nama Bukit Tigapuluh diambil dari nama salah satu bukit yang ada di perbatasan Riau-Jambi. Untuk mencapai puncak bukit tersebut harus menempuh lima belas bukit dari Riau dan lima belas bukit dari Jambi.
Namun, secara fisik jumlah bukitnya lebih dari tiga puluh. Bila dilihat di peta Sumatera, Bukit Tigapuluh ini berada dalam kawasan perbukitan curam di tengah hamparan dataran rendah sebelah timur Sumatera yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan.
Namun ada juga yang mengatakan Bukit Tigapuluh berasal dari Bukit Tiga Jurai. Karena letaknya di apit tiga sungai besar. Sungai Batang Gansal, Sungai Batang Cinaku, dan Das Batanghari di Provinsi Jambi.
Di TNBT ini terdiri dari hutan hujan tropis yang didalamnya terdapat aneka ragam jenis tumbuhan/satwa endemik, seperti 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Oleh Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, TNBT dianggap sebagai kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling tinggi di Pulau Sumatera.
Keragaman flora TNBT ditunjukkan dengan sekitar 660 spesies tumbuh-tumbuhan, 246 di antaranya adalah tumbuhan obat-obatan yang sering dimanfaatkan oleh penduduk setempat.
Sebanyak 550 spesies merupakan spesies langka yang sudah didata, dikumpulkan dan dipelihara. Adapun jenis spesies langka tersebut di antaranya adalah Cendawan Muka Rimau (rafflessia hasselti), Rotan Jernang Besar (daemonorops draco), Pulai (alstonia scholaris), Jelutung (dyera cosculata), dan lain-lain.
Sedangkan keragaman faunanya, TNBT memiliki kurang lebih 59 spesies mamalia, 8 di antaranya adalah jenis primata.
TNBT merupakan habitat alami bagi Harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus), Macan Dahan (neofelix nebulasa), Rusa Sambar (cervus unicolor), Kijang (muntiacus muntjak) serta Tapir Asia (tapirus indicus).
Sedangkan hewan dari jenis primata yang masih mudah dijumpai di kawasan Taman Nasional ini adalah Siamang (hylobates syndactylus), Lutung Kelabu (trachypithecus cristatus), dan Kera Jambul (presbytis melalophos).
Selain itu, di kawasan TNBT ini juga terdapat Pohon Nibung (oncosperma tigilarium), sejenis palem liar, mirip pohon pinang, yang secara spesifik tergolong dari suku palmae.
Bagi masyarakat Riau, pohon nibung memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau. Oleh Pemerintah Propinsi Riau, pohon ini kemudian dijadikan sebagai maskot Propinsi Riau.
Tidak hanya itu saja, TNBT juga merupakan habitat yang cocok bagi berbagai jenis burung. Beberapa jenis burung yang masih sering dijumpai adalah burung Rangkong Perut (anthracoceros convexus), Burung Elang Wallace (spizaetus nanus) dan Burung Raja Udang (Alcedo euryzona).
Di antara burung-burung tersebut, yang paling unik dan susah dijumpai di tempat-tempat lain adalah Burung Serindit (loriculus galgulus).
Bagi masyarakat Riau, burung serindit adalah lambang dari sifat positif, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kearifan. Burung ini juga ditetapkan sebagai maskot Propinsi Riau, selain pohon nibung.
Dengan potensinya tersebut, Departemen Kehutanan RI menetapkan taman nasional ini sebagai kawasan konservasi bagi flora dan fauna langka.
Selain itu, TNBT juga berfungsi sebagai pengendali hidrologi bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Indragiri dan Batanghari.
Selain sebagai tempat konservasi flora dan fauna yang terancam punah, TNBT juga merupakan tempat tinggal bagi Suku Talang Mamak dan Suku Orang Rimba (suku kubu), dua suku yang dianggap sebagai keturunan ras Proto-Melayu.
Suku Talang Mamak merupakan suku yang berdiam di kawasan Bukit Tigapuluh dan percaya bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di TNBT ini mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka.
Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di TNBT. Sementara Suku Orang Rimba hidup nomaden dan sekitar 3000 anggotanya hidup di wilayah Jambi.
Mereka berpindah melalui hutan alami dan bergantung pada sumberdaya alam yang dihasilkan oleh hutan dan sungai untuk bertahan hidup.
Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Riau pada tahun 2001, jumlah orang Talang Mamak terbilang sangat sedikit, yaitu hanya 164 jiwa, yang tersebar di dusun-dusun seperti Rantau Langsat, Airbaubau, Nanusan, dan Siamang.
Sedangkan jumlah Suku Orang Rimba (suku kubu) sampai saat ini belum diketahui secara pasti, karena hidupnya yang berpindah-pindah dan berpencar-pencar.
Bukan hanya potensi flora/fauna, tetapi di TNBT juga terdapat wisata budaya. Setiap tahun pada bulan November dilaksanakan iven bertajuk “Festival Batang Gangsal” yang bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Suku Talang Mamak.
Berbagai atraksi budaya serta perlombaan seperti pacu sampan, silat tradisional, lempar galah, festival musik gambus, dan sepeda gunung juga dihadirkan yang dipusatkan di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Selain potensi flora/fauna dan wisata budaya, di TNBT juga terdapat wisata alam, didalamnya terdapat sebuah Air Terjun yang bernama Air Terjun Empunawan, dengan air yang sangat jernih, tinggi sekitar 31 meter serta kanan kirinya masih hutan lebat. Air terjun ini dapat ditempuh 3 jam dari Desa Rantau Langsat.
Untuk menuju lokasi TNBT, dapat memulai perjalanan dari kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Dari kota Pekanbaru menuju ibukota Kabupaten Indragiri Hulu, kota Rengat, dengan kendaraan darat selama 4 jam.
Lalu dari Rengat, menuju Siberida dengan waktu tempuh 1,5 jam. Kemudian dari simpang tugu Siberida perjalanan dilanjutkan ke Desa Rantau Langsat, desa terakhir yang berada di tepi TNBT. Jarak antara Siberida ke Rantau Langsat sekitar 20 km dengan perjalanan 30 menit.
Kantor TNBT : Jalan Raya Rengat No. 70, Pematang Reba-Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148 E-mail: btnbt2003@yahoo.com
Taman Nasional Zamrud
Taman Nasional Zamrud merupakan taman nasional di Riau yang berbasis gambut. Taman Nasional Zamrud sendiri baru dibentuk, yakni pada 22 Juli 2016 yang bertepatan pada perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kabupaten Siak oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Ada proses panjang sebelum kawasan Zamrud ini menjadi Taman Nasional. Sejak tahun 2001 yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak telah mengajukan kawasan ini sebagai taman nasional. Akhirnya baru terwujud, setelah 15 tahun kemudian.
Taman Nasional Zamrud ini berada di lahan gambut seluas 31.480 hektare. Terdapat dua danau yang berada di Taman Nasional Zamrud ini, yaitu Danau Pulau Besar (2.416 hektare) yang terdiri dari empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu, serta Pulau Beruk; dan satu lagi Danau Bawah dengan luas mencapai 360 hektare.
Ada berbagai jenis satwa liar hidup di kawasan ini. Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau tercatat ada 38 jenis burung yang 12 jenisnya merupakan jenis dilindungi, serta jenis ikan seperti arwana dan belida.
Untuk menuju Taman Nasional Zamrud dapat ditempuh dengan jarak sekitar 120 km. Akses menuju ke sana, kita bisa menggunakan angkutan darat dengan waktu tempuh selama sekitar 2 jam dari Bandara Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Perjalanan kemudian kemudian dilanjutkan ke Desa Dayun, dan masuk Gate Camp Zamrud di Dayun (Security Gate Zamrud) melalui jaringan Jalan Konsesi BOB PT Bumi Siak Pusako (BSP).
suasana taman nasional Tesso Nilo yang terbakar, gambar diambil dari dalam bus | infoPKU
Menariknya, nama Tesso Nilo diambil dari nama sungai yang mengapit kawasan TNTN, yakni Sungai Tesso dan Sungai Nilo, yang mana kedua sungai ini bermuara ke Sungai Kampar.
Berjarak hanya 500 meter dari base camp Flying Squad TNTN, kita bisa melihat sisa-sisa keganasan api melahap ratusan hektar di kawasan TNTN.
Warna hijau dari tunas bibit pohon dan arang bewarna abu dan kehitaman dari batang pohon bekas kebakaran terlihat kontras ditengah hutan konservasi.
Masyarakat dari Kelurahan Lubuk Kembang Bunga yang berada di dalam kawasan TNTN sangat memperhatikan lingkungan. Tak jarang beberapa masyarakat ikut melestarikan kembali hutan TNTN.
Cica Trisnawati, salah seorang warga tempatan mengatakan bahwa belum lama ini ia bersama belasan murid TK telah menanam 80 pohon di kawasan konservasi TNTN yang terbakar.
Mereka sadar dengan kondisi hutan saat ini. Alih fungsi lahan di sekitar kawasan TNTN sangat dirasakan betul oleh masyarakat.
Ketika musim penghujan mereka yang tinggal di kawasan sungai Nilo tak jarang rumah mereka terendam banjir selama berminggu-minggu.
“Kalau udah hujan, berminggu-minggu kami kebanjiran,” ujar wanita paruh baya yang juga menjabat sebagai kepala TK Lubuk Kembang Bungo ini.
Menurutnya, hal tersebut membuktikan hutan sudah mulai gundul. Untuk itu ia mengajak murid TK sebagai generasi penerus untuk melakukan penanaman pohon demi kelestarian hutan di TNTN.
“Kami berharap bencana jangan sampai terulang lagi,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Balai TNTN, Tandya Cahyono mengatakan pihaknya kini tengah berupaya dengan personil yang ada untuk menjaga kawasan TNTN agar tidak terus menyusut.
“Meski anggota kami dilapangan hanya 9 orang, sudah saatnya kita melakukan tindakan, bukan rencana dan wacana, yakni dengan melakukan aktifitas secara fisik langsung ke lapangan,” terangnya.
Sebagai bahan evaluasi, pihaknya kini tengah memperbarui data luas hutan yang masih tersisa pasca kebakaran. Dengan begitu pihaknya dapat menentukan langkah apa yang akan diambil untuk terus melestarikan hutan di kawasan konservasi.
“Di luar kita juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tempatan untuk mendukung langkah melestarikan hutan yang tersisa,” ungkapnya.
Menyinggung kekhawatiran masyarakat soal mulai punahnya tanaman endemik tempatan. Tandya mengatakan hal tersebut tidak akan terjadi kalau masyarakat dan pemerintah peduli, pasalnya di kawasan hutan yang tersisa masih banyak bibit pohon endemik yang akan terus berkembang.
“Di dalam hutan masih banyak anakan pohon endemik asli Riau. Ini sebuah harapan dan harus terus dijaga,” ungkapnya.
Diakuinya selama kebakaran lahan yang terjadi di kawasan Konservasi banyak tanaman endemik riau yang ikut terbakar. “Untuk itu sekarang kita masih mendata, diperkirakan 100 hektar yang lebih telah terbakar tahun ini,” bebernya.
suasana taman nasional Tesso Nilo yang terbakar, gambar diambil dari dalam bus | infoPKU
Eksploitasi terhadap sumber daya alam membuat keberadaan kawasan konservasi hutan kian terancam. Perambahan secara masif dengan cara-cara tak bertanggung jawab terus dilakukan demi kepentingan pribadi.
Berbicara mengenai hutan Riau, siapa yang tak kenal dengan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Ya, pasca musibah kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) beberapa bulan lalu, kawasan ini menjadi salah satu daerah penghasil asap terbesar di Riau.
Betapa tidak, diperkirakan ratusan lahan yang berada di kelurahan Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan tersebut terbakar hebat saat itu.
Penasaran seperti apa kondisi sebenarnya di tempat kejadian, akhir pekan lalu penulis berkesempatan melakukan perjalanan ke TNTN mengikuti agenda Edu Trip Senandung Tesso Nilo yang di prakarsai Green Radio, salah satu media penggiat lingkungan di Pekanbaru mulai Kamis (17/12) dan Jum’at (18/12).
Perjalanan dari Pekanbaru menuju TNTN menggunakan jalur darat memakan waktu empat jam, berangkat pukul 8.30 WIB sampai dilokasi pukul 12.30 WIB.
Lama perjalan karena akses jalan yang bergelombang dan bertekstur kerikil sebelum memasuki kawasan TNTN. Saat itu, sejauh mata memandang yang terlihat hanya pohon sawit dan akasia milik beberapa korporasi.
Jalan berlubang cukup mengguncang perut kala melewati jalan bertekstur tanah yang lebarnya hanya cukup untuk melintas sebuah bis berukuan sedang. Sayang, akses jalan tak bisa dibenahi karena lahan milik korporasi.
Portal besar bertuliskan ‘Selamat Datang di Flying Squad’ menandakan kita telah memasuki kawasan TNTN. Di kawasan tersebut terdapat sebuah base camp Balai TNTN, dua tempat penginapan minimalis bagi para wisatawan yang berkunjung, dan sebuah pendopo.
Sebagai kawasan dataran rendah, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang beraneka ragam. Baik flora dan faunanya. Namun kini, semua itu terancam punah akibat perambahan.
Hal tersebut dikatakan Direktur Kawasan Konservasi dari Dirjen Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hartono pada kesempatan bersamaan juga mengunjungi TNTN.
Di sebuah pendopo di TNTN diskusi mengenai TNTN berlangsung hangat. Menurutnya, saat ini kondisi TNTN sangat memprihatinkan.
Betapa tidak, dari 80.000 hektar lahan di kawasan TNTN, berdasarkan data di tahun 2014 kawasan hutan TNTN hanya tersisa 30.000 hektar. Ini disebabkan perambahan dan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya.
“Tapi, kita belum terlambat, masih banyak kesempatan untuk berbuat demi TNTN,” ujarnya optimis.
Jika tidak ada upaya mempertahankan kondisi ini, Dikatakannya, perambahan hutan akan berpotensi memunahkan flora dan fauna endemik TNTN. “Kita gak mau, nanti pohon Meranti hanya ada di museum,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Staf Khusus Kemen-LHK, Nova. Dikatakannya, karena keanekaragaman hayati di taman nasional yang beraneka ragam, hal ini menurutnya harus dijaga.
Untuk itu, pentingnya kerjasama Pemerintah Daerah bersama dengan Kementerian. “Kesampingkan dulu permasalahan perambahan dan kebakaran, yang penting sekarang bagaimana kita menjaga,” ungkapnya.
Perlunya bekerja sama dengan Pemda, dikatakannya karena keterbatasan anggaran yang dimiliki Kementerian Kehutanan. “Di 2016 kita hanya memiliki anggaran Rp5,5 Triliun untuk 52 juta hektar taman nasional se-Indonesia,” sebutnya.
Untuk mengantisipasi kemacetan pada saat malam pergantian tahun di Pekanbaru, maka arus lalu lintas di sejumlah jalan protokol akan dialihkan.
Seperti yang telah diketahui bahwa saat malam pergantian tahun di Pekanbaru dipastikan akan meriah. Beberapa masyarakat Kota Pekanbaru akan memadati jalanan untuk sekedar meniup terompet dan melihat kembang api.
Satlantas Polresta Pekanbaru sendiri telah menyusun strategi pengalihan arus lalu lintas pada saat malam pergantian tahun di Pekanbaru.
Berikut ini beberapa ruas jalan yang akan dialihkan:
Untuk pengendara dari arah Jalan Kaharuddin Nasution menuju ke Jalan Sudirman akan dialihkan ke Jalan Arifin Ahmad.
Pengendara dari Jalan Soekarno Hatta yang menuju Jalan Riau akan dialihkan ke Jalan Riau arah Siak II.
Lalu arus lalu lintas dari Jalan Imam Munandar yang memasuki Jalan Sudirman wajib belok kiri ke arah Simpang Tiga.
Kemudian arus kendaraan dari Jalan Riau akan dialihkan ke Jalan DI Panjaitan mengarah ke jembatan Siak I.
Diterangkan oleh Wakasat Lantas Polresta Pekanbaru AKP Supriyana, bahwa pengalihan arus lalu lintas tersebut akan diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015.
Ditambahkan oleh Supriyana, bahwa pengalihan tersebut adalah untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan lalu lintas karena volume kendaraan pada malam tahun baru akan meningkat.
Pada beberapa ruas jalan yang menjadi pengalihan arus kendaraan, pihaknya akan menempatkan personil untuk membantu kelancaran kendaraan yang lewat.
Pihaknya sendiri berharap kepada masyarakat agar dapat memaklumi pengalihan arus lalu lintas tersebut, ia juga menghimbau pada masyarakat untuk mematuhi arahan personil kita saat di lapangan agar tidak menjadi kemacetan.
Pacific Water Treatment sedang mencari banyak SPG untuk bidang pemasaran yang tergabung dalam tim promosi produk dengan jenjang karir. Ditempatkan di stand pameran yang diadakan di mall area Pekanbaru.
SPG EKSEKUTIF
Persyaratan:
– Wanita usia maks. 25 thn
– Tinggi minimal 158 cm
– Berpenampilan menarik
– Pendidikan SMA/sederajat
– Komunikatif
Fasilitas
– Jenjang karir
– GAJI POKOK 2 JUTA
– Asuransi kesehatan
Antar langsung lamaran ke :
BASE OFFICE COLONY
PACIFIC WATER TREATMENT STORE.
Jl.HR.Soebrantas Komp.Meliar Bussiness Center no.6C Panam-Pekanbaru.
Terompet adalah salah satu barang yang yang paling dicari untuk meramaikan malam pergantian tahun. Karena seperti yang kita ketahui bahwa perayaan malam tahun baru, identik dengan meniup terompet.
Tentunya warga Pekanbaru pun ikut meramaikan acara malam tahun baru ini. Menjelang perayaan tahun baru 2016, pedagang terompet mulai menggelar dagangannya baik di pinggir jalan maupun di pusat keramaian.
Seperti di sekitaran Jalan Yos Sudarso, para pedagang musiman ini mulai ramai menggelar dagangannya. Alasan dipilihnya Jalan Yos Sudarso karena merupakan jalan penghubung antara Pusat Kota dengan Kecamatan Rumbai.
Selain itu aktivitas lalu lintas di Jalan Yos Sudarso selalu padat, terlebih lagi pada saat menjelang malam pergantian tahun.
Salah satu pedagang musiman ini ialah Sastramista yang telah berjualan sekitar 5 tahun, dimana tiap tahunnya ia menjual berbagai macam terompet.
Sastramista menjual mulai dari bentuk sederhana, bentuk naga, karakter kartun hingga bentuk hati di sekitaran Jalan Yos Sudarso.
Harga yang dipatoknya sendiri berkisar mulai dari Rp.15.000 hingga Rp.50.000. Untuk Terompet karton, dipasok dari pengrajin terompet yang ada di daerah Panam. Sedangkan untuk terompet plastik ia beli di toko mainan.
“Semakin dekat dengan malam pergantian tahun, pembeli terompet semakin banyak, apalagi jalan ini ramai dilalui oleh masyarakat,” ujar Sastramista.
Keuntungan dari penjualan terompet ini bisa mencapai Rp.100.000 perhari dan Rp.1.000.000 ketika malan pergantian tahun. “Semoga penjualan tahun ini laris manis” tutup Sastramista.
Siapa yang tidak mengenal tanaman satu ini? Tanaman industri ini masih satu kerabat dengan tanaman palem, yaitu Kelapa Sawit (Elaeis).
Tanaman yang telah dibudidayakan dari zaman Hindia Belanda ini menghasilkan minyak masak, minyak industri, serta bahan bakar (biodiesel) dan tersebar di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Tingginya permintaan akan minyak kelapa sawit, berdampak pada banyaknya hutan dan perkebunan lama yang kemudian dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Hal ini dapat terlihat pada tahun 2014, Indonesia memproduksi 33,5 juta ton minyak sawit, yang menghasilkan US $ 18,9 miliar dari pendapatan ekspor.
Minyak sawit telah menjadi ekspor paling berharga setelah batubara dan migas, dimana menjadi fenomena dengan pertumbuhan industrinya yang luar biasa dalam 30 tahun terakhir.
Riau menjadi propinsi di Indonesia dengan lahan sawit terluas, yakni sekitar 4,04 juta hektare. Hal ini disebabkan wilayah Pulau Sumatera timur memiliki lahan tanah gambut yang cocok ditanami kelapa sawit.
Berdasarkan data dari BLH Riau, lahan gambut terluas ada di Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak.
Total luas wilayah gambut di Provinsi Riau sendiri lebih dari 500.000 ha lahan gambut. Untuk diketahui bahwa gambut merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi.
Maraknya perkebunan sawit di Indonesia juga diperhatikan para aktivis lingkungan dunia. Pada tahun 2004, dibentuklah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk menyelesaikan masalah perkebunan sawit.
Yang menjadi problematika saat ini adalah penghancuran hutan serta hilangnya habitat orang utan di Indonesia, yang merupakan spesies yang terancam punah.
Sedangkan dari dalam negeri, Walhi menyebut terdapat 5 propinsi yang mengalami dampak terparah, yakni Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumsel, Provinsi Kalbar dan Provinsi Kalteng.
Saat ini tidak sedikit para pemilik perusahaan melakukan “aksi kotor” dalam pembukaan lahan untuk kelapa sawit, seperti melakukan pembakaran hutan dan lahan karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi.
Berbagai upaya pemerintah untuk memadamkan titik api, bahkan dengan meminta bantuan asing, namun masih terkendala musim kemarau serta sifat lahan gambut yang mudah terbakar.
Jika hal ini terus terjadi, maka dampaknya berupa kabut asap yang sangat buruk bagi kesehatan. Seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), iritasi kulit, iritasi mata, asma dan pneumonia.
Sebenarnya keuntungan penanaman kelapa sawit tidak sebanding dengan kerusakan ekosistem hayati yang terjadi akibat pengalihan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Beberapa diantaranya adalah kabut asap akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar menyebabkan kabut asap. Belum lagi sifat dari kelapa sawit yang menyerap banyak unsur hara dan air dalam tanah, serta masih banyak lagi.
Dampak nyata yang kita rasakan adalah beberapa bulan lalu yaitu kabut asap hingga kita “mengekspor” ke negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Selain menimbulkan beberapa penyakit, kabut asap juga mengakibatkan aktifitas dibatalkan seperti kegiatan belajar mengajar (sekolah), penerbangan dan lain-lain.
Salah satu hal yang menyebabkan ini terjadi adalah lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di daerah. Semakin mudahnya perizinan, maka akan semakin banyak tanaman kelapa sawit yang ditanam.
Seharusnya Indonesia mencontoh negara tetangga Malaysia, dimana sejak tahun 1992 Malaysia telah membatasi ekspansi perkebunan sawit di wilayahnya dengan menerapkan peraturan batas minimum lahan negara sebagai hutan.
Namun di Indonesia permasalahan ini setiap tahun selalu terjadi, yang berimbas pada berbagai sektor, sehingga dibutuhkan peran pemerintah pusat dalam menyelesaikan masalah tersebut hingga tuntas.
Jika tidak, mengapa lintasan kita bersisian
menuju pusara yang sejak kaki-kaki kita pandai berkhianat,
sudah direnungkan
berjalan melewati pagi,
malamnya bertaruh mengecoh mimpi
Apakah ia akan pecah?
Apakah ia akan berai?
Bagaimana kau tahu pecah dan berai adalah beda?
semua hati menunggu,
siapa juga yang tidak menanti-nanti hasil undian keluar.
Jika pecah yang keluar, maka aku lah pemenang
jika berai yang keluar, semua ini akan menjadi melelahkan
karena jika tidak, mengapa lintasan kita berbeda?
Jika tidak, dari mana rindu itu berasal: ia bukan tuhan.
Tahu-tahu sudah di depan pintu,
mengetuk-ngetuk minta dibukakan
Bukankah tidak dikunci?
dalam gelap mengendap-endap,
aku hanya diam: pura-pura tidak tahu
Ini lucu,
kelewat lucu sampai aku mengulang-ulang
melebihi lagu kesukaan
hampir-hampir mengalahkan rumah yang membuat ingin pulang
tetap saja, aku masih pura-pura tidak tahu
memainkan satu-satunya peran yang aku mampu
karena jika tidak, aku harus tahu dari mana rindu itu berasal.
Jika tidak, dapatkah kau temukan alasan?
seperti saat kau menemukan kaki-kaki yang berkhianat, atau
menemukan rindu mengetuk pintu,
sudahlah.
Ada baiknya kita duduk di dermaga waktu,
memainkan silam
sambil menunggu tatapan saling jengah: pada senja,
pada suara yang memekakkan, pada diam yang membingungkan,
pada kita.
Kapankah itu?
Entahlah, ini seperti bergumam
terjebak pada kesimpulan yang malu-malu: bisa jadi gelisah merengek,
tidak ingin ditinggal.
Lunas sudah kuputuskan tetap menunggu
sembari menebak undian kartu,
biar kadang-kadang tergoda ingin melucu
Kau, tentukanlah keyakinanmu!
sebelum dermaga ini tutup
karena jika tidak, kau harus menemukan alasan itu
untukku.