Encik dan Puan kabar mengejutkan baru saja terjadi di Kota Pekanbaru yakni fenomena hujan es pada Sabtu (25/6/2023) sore hari.
Butiran es pada fenomena hujan es ini diperkirakan sebesar kelereng hingga kurma sehingga ketika butiran es ini jatuh di atas atap rumah terdengar seperti bebatuan.
Terjadi fenomena cukup langka, yakni fenomena hujan es batu di Pekanbaru, Sabtu (25/3/2023) sore ini.#infoPKU #cuacaPKU pic.twitter.com/Sh5iCjHKjR
— Info Pekanbaru (@infoPKU) March 25, 2023
Penjelasan BMKG Pekanbaru
Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Yasir Prasuna mengatakan, bahwa hujan es di Pekanbaru ini merupakan salah satu fenomena alam yang dapat terjadi akibat adanya pemanasan global yang cukup tinggi
Dikarenakan pemanasan global yang cukup tinggi ini maka terjadilah pembentukan awan yang cukup masif, yakni awan hitam tebal atau yang dikenal dengan sebutan awan cumulonimbus.
“fenomena hujan es disebabkan pemanasan yang cukup tinggi. Inilah yang membentuk awan cukup masif. Biasanya potensi awannya adalah jenis cumulonimbus,”ungkap Yasir.
Yasir juga mengatakan bahwa fenomena ini dapat saja terjadi dalam beberapa hari ke depan. Namun tidak harus dalam bentuk es, bisa saja dalam bentuk angin kencang atau bahkan angin puting beliung.
“Kalau kondisinya sama bisa saja berpotensi. Tapi bisa dalam bentuk angin kencang, bisa juga puting beliung,” jelasnya.
Apa itu Hujan Es
Melansir dari situs resmi BMKG, hujan es merupakan salah fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam sekala lokal dan ditandai dengan jatuhnya butiran es dari awan. Hujan es ini dapat terjadi dalam periode singkat saja.
Hujan es ini biasanya disertai dengan hujan intensitas lebat serta kilat atau petir dan angin kencang.
Fenomena ini lebih banyak terjadi pada masa transisi musim, yakni sari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya.
Penyebab terjadinya fenomena hujan es ini menurut situs BMKG ialah dikarenakan adanya pemicu dari pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).
Awan jenis Cumulonimbus ini umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang memberikan tanda bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut. Sehingga hal ini dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.