Titik panas di Riau mulai meningkat akhir-akhir ini. Penyebabnya adalah udara panas yang semakin intens terjadi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebutkan, musim hujan sudah hampir berlalu, kemarau pun akan tiba. Riau memasuki masa peralihan musim.
Menurut Analis BMKG Pekanbaru, Yudhistira Mawaddah, Minggu (19/5), cuaca di Riau terpantau mencapai 34,2 derajad celcius. Bahkan, berpeluang meningkat lagi hingga mencapai 35 derajad celcius. Padahal, sehari sebelumnya, kondisi udara hanya 32,0 derajad celcius.
Diterangkannya, akhir pekan kemarin, BMKG memantau ada 32 titik panas di wilayah Sumatera. 19 titik diantaranya ada di kawasan Provinsi Riau. Dengan rincian, di Kabupaten Rokan Hilir mencapai 13 titik, Dumai tiga titik sementara Rokan Hulu, Siak dan Bengkalis masing-masingnya ada satu titik. “Jumlah titik panas ini bisa bertambah mengingat udara panas masih terjadi,” kata Yudhistira.
Tapi, pada hari Minggu kemarin, jumlah titik panas di Riau bertambah menjadi 67 titik. Jumlah terbanyak masih ada di Kabupaten Rokan Hilir dengan 29 titik. Diikuti Rokan Hulu sembilan titik, Bengkalis delapan titik, Pelalawan enam titik, Siak dan Kuantan Singingi masing-masing empat titik. Lalu di Dumai dan Kampar masing-masing tiga titik serta Indragiri Hulu satu titik.
Jumlah titik panas di Riau ini menjadi yang terbanyak dibanding beberapa provinsi lainnya di Sumatera. Karena di Kepulauan Riau yang bertetangga dengan Riau, titik panas hanya terpantau dua titik. Lalu di Sumatera Barat sembilan titik, Jambi enam titik, Sumatera Utara 14 titik dan Naggroe Aceh hanya satu titik panas.
Sementara itu, visibility (jarak pandang) di Pekanbaru berkisar 300 meter pada pukul 03.00 WIB Minggu (19/5) dinihari. Kemudian pukul 07.00 WIB naik lagi menjadi 500 meter. Menurut BMKG, kondisi ini masih fenomena fox yakni uap air di udara bukan karena asap.
Dijelaskannya, udara panas di Riau ini dipengaruhi oleh transisi cuaca dari hujan ke musim kemarau. Diperkirakan, bulan depan semua wilayah Riau sudah masuk musim kemarau. Sementara saat ini, Riau bagian utara seperti Dumai, Rokan Hilir dan sebagian di Rokan Hulu curah hujan sudah mulai minim.
Sementara itu, beberapa kawasan di Kabupaten Rokan Hulu, sebagian Indragiri Hilir dan Kampar masih berpeluang hujan. Intensitasnya ringan hingga lebat. Namun, kalaupun lebat, akan sangat jarang terjadi. Hujan lebat itu karena disebabkan akumulasi panas selama beberapa hari sebelumnya.
Dijelaskan Yudhistira, layaknya musim peralihan, kondisi angin biasanya berhembus kencang. Kondisi ini biasanya terjadi saat malam hari. Kecepatannya bahwa bisa berkisar maksimum 35 hingga 40 knot. Kondisi ini serupa dengan kecepatan 70 kilometer per jam.
Yudhistira juga mengatakan potensi munculnya angin puting beliung cukup besar terjadi di masa peralihan musim seperti sekarang. Terutama di sore hari karena dipengruhi panasnya cuaca. Meski demikian, tidak semua angin kencang bisa disebut sebagai puting beliung.
Sementara itu, besarnya peluang angin kencang tak turut mempengaruhi ketinggian gelombang di perairan Riau. Buktinya, di perairan Riau serta Kepulauan Riau, BMKG memantau ketinggian gelombang hanya berkisar 0,5 sampai satu meter. Kondisi ini tidak mengganggu aktivitas pelayaran di perairan tersebut. (Tribun Pekanbaru)