Spontan, Lia teriak “maling…., maling….” sekeras-kerasnya hingga membangunkan beberapa tetangga sebelah rumahnya.
Heri (27), warga yang tinggal di rumah yang berada bersebelahan dengan rumah Lia, ketika itu mengaku merespon teriakan wanita beranak tiga itu dan mencoba mengejar kawanan maling yang sudah keburu kabur.
“Waktu saya mengejar maling itu, saya melihat rumah Zainudin begitu terang seperti kebakaran. Saya kemudian balik memutar arah. Setelah dicek, ternyata benar, rumah tetangga saya itu kebakaran,” kata Heri.
Rumah Zainudin, Heri dan Lia berada saling bersebelahan.
Spontan pula, Heri justru berteriak “kebakaran…., kebakaran…” yang membangunkan sejumlah warga sekitar.
Api yang melalap rumah keluarga Zainudin (38) ketika itu menurut Heri sudah sangat besar dan menghabiskan hampir seluruh atap rumah berastitektur minimalis itu.
Heri mengakui, dirinya dan beberapa warga kemudian berteriak untuk membangunan Zainuddin dan keluarga yang tengah terpulas tidur.
“Ada sekitar 20 menit kami berteriak membangunkan keluarga Pak Zainudin. Untungnya mereka cepat mendengar dan keluar rumah,” katanya.
Zainudin yang ditemui di lokasi kejadian pada Minggu (12/5), mengatakan ketika insiden kebakaran itu terjadi, dirinya sangat panik.
“Entah bagaimana perasaan ini waktu itu. Mendengar teriakan warga ‘kebakaran…, kebakaran…, yang ada dalam fikiran saya hanya anak dan keluarga,” katanya.
Setelah dipastikan semua anggota keluarga bersamanya, Zainudin mengaku kemudian membawa tiga anaknya, masing-masing Pajri Ibrahim (7), Azizah Nuraini (6), dan Muhammad Yasin serta seorang isteri, Sitiwarnegsih (37) berlari ke luar rumah.
“Lalu saya kembali ke rumah untuk menyelamatkan barang berharga. Tapi api semakin parah, saya hanya menemukan kunci mobil ‘pick up’ saya dan akhirnya mobil berhasil saya selamatkan,” katanya.
Hampir saja lupa, kata Zainudin, kerika itu ternyata masih ada tertinggal satu orang anak kos yang tidur di kamar bagian depan, Muhammad Rizal.
“Saya bersama Heri kemudian memaksa masuk kembali ke dalam rumah untuk menyelamatkan Rizal. Kami dobrak pintu kamar dan ternyata dia masih hidup. Beruntung…, beruntung…,” katanya.
Kondisinya waktu itu menurut Zainudin dan Heri sangat menakutkan, bahkan kepanikan yang luar biasa tidak dapat dibayangkan lagi.
Zainudin dan tiga anak serta seorang istri termasuk Rizal ketika itu mengaku tidak bisa berbuat banyak.
“Kami cuma bisa menyaksikan rumah kami habis terbakar. Semuanya habis yang tersisa cuma keluarga saya, mobil sama anak kos,” katanya.
Kalau saja tidak ada maling ketika itu, kata Zainudin, maka bisa-bisa semua anggota keluarga dan anak kos bernasib lebih malang, atau mungkin terpanggang.
Dia mengatakan, lebih dari satu jam setelah rumah mereka habis di lalap si jago merah, barulah empat unit mobil pemadam kebakaran datang.
“Mobil pemadam kebakaran bahkan terlambat karena sempat tersesat nggak tahu jalan. Mutar-mutar di sekitar kompleks,” kata Heri.
Sekitar pukul 06.00 WIB, api sudah mulai padam, namun Zainudin dan seorang istri serta tiga anaknya hanya bisa meratapi kesedihan setelah harta berharga mereka musnah seketika.
Meskipun dalam kesedihan, Zainudin dan istri tetap mensyukuri keadaan yang sekarang mereka alami. “Karena kalau tidak ada maling, kami belum tentu selamat. Mungkin maling itu memang datang untuk menyelamatkan kami, selain juga kemurahan dari Allah,” katanya. (Antara Riau)