Hampir sebulan gas elpiji ukuran 3 kilogram langka di Pekanbaru. Kalau pun ada, harga yang dijual di pasaran, baik di tingkat agen, sub agen sampai ke pengecer bervariasi. Di sub agen kisaran Rp14-15 ribu sampai di pengecer Rp14-25 ribu per tabungnya. Meski begitu untuk mendapatkannya menurut warga dikatakan sulit.
Rabu (22/5) di beberapa pengecer dan sub agen gas elpiji 3 kilogram, wilayah Sukajadi gas 3 kilogram sudah jarang masuk, kalau pun ada jumlahnya terbatas. Memang ada tabung gas 3 kilogram yang berwarna hijau itu dipajang di depan tokonya, namun kondisinya kosong.
Bahkan warga mengatakan, sudah sebulan terhitung Mei gas 3 kilogram penyalurannya sudah sulit, belum tahu apa penyebabnya. Mereka menduga pasokan itu ada gangguan di Dumai. ‘’Sudah dua pekan ini parah, masuknya tidak tentu, kadang masuk dan kadang kosong,’’ kata salah seorang karyawan sub agen distribusi gas, Roni (34) di Jalan Kutilang Sukajadi, Rabu (22/5).
Dia mengatakan, gas 3 kiloan masuk di tempat dia bekerja akhir-akhir ini memang diakui tidak tentu. ‘’Kadang dua hari sekali, sekali masuk itu 120 tabung, dan lama kosongnya setelah itu. Jika diagen saja susah, apalagi di pengecer,’’ ungkapnya lagi.
Di sepanjang Jalan Rajawali. Informasinya sama dengan apa yang disampaikan dari sub agen. ‘’Katanya ada masalah di Dumai, tapi kami tak tahu juga, memang sudah sebulan ini langka gas 3 kilogram ini, kalau pun ada kami jual Rp15 ribu per tabung, tapi informasinya ada juga yang jual sampai Rp25 ribu,’’ sebut salah seorang penjual eceran di Jalan Rajawali.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Pekanbaru EL Syabrina mengatakan, kelangkaan ini terjadi karena orang yang tidak berhak membeli gas ukuran 3 kilo bebas mendapatkannya. Padahal dari kuota yang disiapkan oleh pemerintah lebih kurang 9 juta ton ini sudah cukup.
‘’Untuk data yang berhak mendapatkannya sudah ditentukan sekitar 118 ribu KK dan itu sudah berdasarkan hasil verifikasi dari kementerian. Langka ini karena banyak masyarakat mampu yang ikutan membelinya dan mulai beralih dari penggunaan yang 12 kilogram,’’ kata El.
Dilanjutkan El, untuk mengantisipasi ini sebenarnya sudah dimulai dengan penerbitan kartu kendali yang didistribusikan oleh kementerian dan dilanjutkan oleh konsultan bekerja sama dengan Disperindag, kecamatan dan kelurahan serta RT/RW.
‘’Kondisinya sekarang kartu kendali itu baru didistribusikan sebanyak 95 ribu, seharusnya 118 ribu, dan masih ada yang belum siap. Seharusnya sub penyalur mengutamakan yang memiliki kartu kendali ini, jangan yang tidak punya kartu kendali yang dilayani,’’ harapnya.
Diakui El lagi, memang saat ini ada sekitar 25 ribu KK yang belum mendapatkan kartu kendali itu, tetapi jika konsisten menggunakan kartu kendali kelangkaan tidak akan terjadi. (Riau Pos)