Taman Nasional Yang Ada di Riau

0
4274
Source: Detikcom

Taman Nasional adalah taman yang memiliki fungsi untuk melindungi flora dan fauna serta keindahan alam dari perkembangan manusia dan polusi.

Ini dimaksudkan untuk pelestarian flora dan fauna agar generasi mendatang juga dapat menikmati. Saat ini ada tiga Taman Nasional yang berada di Propinsi Riau.

Tiga Taman Nasional tersebut adalah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dan yang terbaru Taman Nasional Zamrud.

Ketiga Taman tersebut tidak termasuk Situs Warisan Dunia atau bagian dari World Network of Biosphere, akan tetapi pesonanya sungguh menakjubkan.

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)

Tesso Nilo | infoPKU.com
Tesso Nilo | infoPKU.com

Dihimpun dari Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia. Tesso Nilo adalah salah satu blok hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera.

Kawasan ini terletak di Provinsi Riau dan terbentang di empat kabupaten yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 255/Menhut-II/2004, pada tanggal 19 Juli 2004, hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu dengan luas 38.576 Ha ditunjuk menjadi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Pada tanggal 19 Oktober 2009, Taman Nasional tersebut diperluas menjadi + 83.068 Ha. Sebelumnya kawasan ini adalah bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.

Mengenai asal mula nama Tesso Nilo sendiri diambil dari dua nama sungai yang berada di bagian timur, yaitu Sungai Nilo serta di bagian barat, yaitu Sungai Tesso.

Kawasan TNTN juga menjadi area tangkapan air (catcment area) untuk kedua sungai tersebut dan Sungai Segati yang berada di bagian Utara.

Di dalam TNTN terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia.

Selain itu, TNTN adalah hutan dataran rendah yang menjadi kawasan konservasi dari 60-80 Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) maupun Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae).

Selain melindungi flora dan fauna yang beragam, TNTN ini juga mempunyai potensi ekonomi yang telah dipasarkan sampai ke negara tetangga Malaysia, yaitu Madu hutan yang sering disebut Madu Sialang dari TNTN.

Dinamakan Madu Sialang karena madu ini berasal dari kelompok lebah yang hidup dan bersarang di pohon Sialang yang tumbuh dalam hutan.

Sedangkan khasiat Madu Sialang bagi tubuh, diantaranya untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti alergi, influenza, sakit kepala akibat sinus, perut kembung, darah tinggi, diabetes, serta untuk menurunkan kadar kolesterol, mengurangi resiko jantung, dan menjaga stamina tubuh.

TNTN juga menyimpan potensi ekonomi lainnya, seperti sarangnya yang merupakan bahan baku yang berkualitas untuk pembuatan lilin yang sudah dipasarkan secara nasional. Hal ini dikarenakan lilin sarang madu sialang lebih tahan lama dibanding lilin parafin.

Selain potensi ekonomi, TNTN juga menawarkan berbagai macam potensi wisata alam berupa menyaksikan proses pemanenan madu, susur sungai Nilo dengan menggunakan perahu ketek, berinteraksi dengan gajah latih, menjelajah hutan hujan pada rute trail ekowisata, menaiki gajah latih untuk memantau gajah liar, menanam pohon endemik khas TNTN, lalu menikmati keindahan panorama kawasan TNTN dari menara pantau.

Begitu banyak pesona yang ditawarkan TNTN, jika hendak berkunjung ke sana terlebih dahulu bisa menghubungi Balai TNTN yang beralamat di Jalan Raya Langgam Km. 4 Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau dengan nomor telepon (0761) 494728 atau melalui email: balai_tntn@tntessonilo.com

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)

Source: Detikcom
Source: Detikcom

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah Taman Nasional dengan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera dan terletak di perbatasan propinsi Riau dan Jambi.

Di Propinsi Riau, kawasannya mencakup Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Propinsi Jambi, kawasannya mencakup Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995, luas keseluruhan TNBT ini adalah 127.698 hektar. Selanjutnya setelah dilakukan penataan batas, maka berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 607/Kpts-II/2002, luasnya ditambah menjadi 144.223 hektar.

Dikarenakan wilayah TNBT berada di perbatasan dua Propinsi, maka TNBT terbagi dalam dua wilayah dengan perincian 111.233 hektar berada di Propinsi Riau dan 33.000 hektar berada di Propinsi Jambi.

Kepala Balai TNBT wilayah Riau, Ir. Moh. Haryono, M.si, mengatakan “mengenai koordinasi pengelolaannya, Balai Taman Nasional merupakan sebuah organisasi yang mengelola TNBT di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Meskipun, terbagi atas Seksi 1 Wilayah Provinsi Jambi (Tebo dan Tanjung Jabung Barat) serta Seksi 2 Provinsi Riau (Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir) namun pengelolaannya tidak dibatasi administratif, sehingga koordinasi tetap dilaksanakan”.

Menurut legenda, nama Bukit Tigapuluh diambil dari nama salah satu bukit yang ada di perbatasan Riau-Jambi. Untuk mencapai puncak bukit tersebut harus menempuh lima belas bukit dari Riau dan lima belas bukit dari Jambi.

Namun, secara fisik jumlah bukitnya lebih dari tiga puluh. Bila dilihat di peta Sumatera, Bukit Tigapuluh ini berada dalam kawasan perbukitan curam di tengah hamparan dataran rendah sebelah timur Sumatera yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan.

Namun ada juga yang mengatakan Bukit Tigapuluh berasal dari Bukit Tiga Jurai. Karena letaknya di apit tiga sungai besar. Sungai Batang Gansal, Sungai Batang Cinaku, dan Das Batanghari di Provinsi Jambi.

Di TNBT ini terdiri dari hutan hujan tropis yang didalamnya terdapat aneka ragam jenis tumbuhan/satwa endemik, seperti 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.

Oleh Organisasi perlindungan lingkungan, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, TNBT dianggap sebagai kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling tinggi di Pulau Sumatera.

Keragaman flora TNBT ditunjukkan dengan sekitar 660 spesies tumbuh-tumbuhan, 246 di antaranya adalah tumbuhan obat-obatan yang sering dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

Sebanyak 550 spesies merupakan spesies langka yang sudah didata, dikumpulkan dan dipelihara. Adapun jenis spesies langka tersebut di antaranya adalah Cendawan Muka Rimau (rafflessia hasselti), Rotan Jernang Besar (daemonorops draco), Pulai (alstonia scholaris), Jelutung (dyera cosculata), dan lain-lain.

Sedangkan keragaman faunanya, TNBT memiliki kurang lebih 59 spesies mamalia, 8 di antaranya adalah jenis primata.

TNBT merupakan habitat alami bagi Harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus), Macan Dahan (neofelix nebulasa), Rusa Sambar (cervus unicolor), Kijang (muntiacus muntjak) serta Tapir Asia (tapirus indicus).

Sedangkan hewan dari jenis primata yang masih mudah dijumpai di kawasan Taman Nasional ini adalah Siamang (hylobates syndactylus), Lutung  Kelabu (trachypithecus cristatus), dan Kera Jambul (presbytis melalophos).

Selain itu, di kawasan TNBT ini juga terdapat Pohon Nibung (oncosperma tigilarium), sejenis palem liar, mirip pohon pinang, yang secara spesifik tergolong dari suku palmae.

Bagi masyarakat Riau, pohon nibung memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau. Oleh Pemerintah Propinsi Riau, pohon ini kemudian dijadikan sebagai maskot Propinsi Riau.

Tidak hanya itu saja, TNBT juga merupakan habitat yang cocok bagi berbagai jenis burung. Beberapa jenis burung yang masih sering dijumpai adalah burung Rangkong Perut (anthracoceros convexus), Burung Elang Wallace (spizaetus nanus) dan Burung Raja Udang (Alcedo euryzona).

Di antara burung-burung tersebut, yang paling unik dan susah dijumpai di tempat-tempat lain adalah Burung Serindit (loriculus galgulus).

Bagi masyarakat Riau, burung serindit adalah lambang dari sifat positif, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kearifan. Burung ini juga ditetapkan sebagai maskot Propinsi Riau, selain pohon nibung.

Dengan potensinya tersebut, Departemen Kehutanan RI menetapkan taman nasional ini sebagai kawasan konservasi bagi flora dan fauna langka.

Selain itu, TNBT juga berfungsi sebagai pengendali hidrologi bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Indragiri dan Batanghari.

Selain sebagai tempat konservasi flora dan fauna yang terancam punah, TNBT juga merupakan tempat tinggal bagi Suku Talang Mamak dan Suku Orang Rimba (suku kubu), dua suku yang dianggap sebagai keturunan ras Proto-Melayu.

Suku Talang Mamak merupakan suku yang berdiam di kawasan Bukit Tigapuluh dan percaya bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di TNBT ini mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka.

Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di TNBT. Sementara Suku Orang Rimba hidup nomaden dan sekitar 3000 anggotanya hidup di wilayah Jambi.

Mereka berpindah melalui hutan alami dan bergantung pada sumberdaya alam yang dihasilkan oleh hutan dan sungai untuk bertahan hidup.

Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Riau pada tahun 2001, jumlah orang Talang Mamak terbilang sangat sedikit, yaitu hanya 164 jiwa, yang tersebar di dusun-dusun seperti Rantau Langsat, Airbaubau, Nanusan, dan Siamang.

Sedangkan jumlah Suku Orang Rimba (suku kubu) sampai saat ini belum diketahui secara pasti, karena hidupnya yang berpindah-pindah dan berpencar-pencar.

Bukan hanya potensi flora/fauna, tetapi di TNBT juga terdapat wisata budaya. Setiap tahun pada bulan November dilaksanakan iven bertajuk “Festival Batang Gangsal” yang bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Suku Talang Mamak.

Berbagai atraksi budaya serta perlombaan seperti pacu sampan, silat tradisional, lempar galah, festival musik gambus, dan sepeda gunung juga dihadirkan yang dipusatkan di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Selain potensi flora/fauna dan wisata budaya, di TNBT juga terdapat wisata alam, didalamnya terdapat sebuah Air Terjun yang bernama Air Terjun Empunawan, dengan air yang sangat jernih, tinggi sekitar 31 meter serta kanan kirinya masih hutan lebat. Air terjun ini dapat ditempuh 3 jam dari Desa Rantau Langsat.

Untuk menuju lokasi TNBT, dapat memulai perjalanan dari kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Dari kota Pekanbaru menuju ibukota Kabupaten Indragiri Hulu, kota Rengat, dengan kendaraan darat selama 4 jam.

Lalu dari Rengat, menuju Siberida dengan waktu tempuh 1,5 jam. Kemudian dari simpang tugu Siberida perjalanan dilanjutkan ke Desa Rantau Langsat, desa terakhir yang berada di tepi TNBT. Jarak antara Siberida ke Rantau Langsat sekitar 20 km dengan perjalanan 30 menit.

Kantor TNBT : Jalan Raya Rengat No. 70, Pematang Reba-Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148 E-mail: btnbt2003@yahoo.com

Taman Nasional Zamrud

Taman Nasional Zamrud merupakan taman nasional di Riau yang berbasis gambut. Taman Nasional Zamrud sendiri baru dibentuk, yakni pada 22 Juli 2016 yang bertepatan pada perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kabupaten Siak oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Ada proses panjang sebelum kawasan Zamrud ini menjadi Taman Nasional. Sejak tahun 2001 yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak telah mengajukan kawasan ini sebagai taman nasional. Akhirnya baru terwujud, setelah 15 tahun kemudian.

Taman Nasional Zamrud ini berada di lahan gambut seluas 31.480 hektare. Terdapat dua danau yang berada di Taman Nasional Zamrud ini, yaitu Danau Pulau Besar (2.416 hektare) yang terdiri dari empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu, serta Pulau Beruk; dan satu lagi Danau Bawah dengan luas mencapai 360 hektare.

Ada berbagai jenis satwa liar hidup di kawasan ini. Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau tercatat ada 38 jenis burung yang 12 jenisnya merupakan jenis dilindungi, serta jenis ikan seperti arwana dan belida.

Untuk menuju Taman Nasional Zamrud dapat ditempuh dengan jarak sekitar 120 km. Akses menuju ke sana, kita bisa menggunakan angkutan darat dengan waktu tempuh selama sekitar 2 jam dari Bandara Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Perjalanan kemudian kemudian dilanjutkan ke Desa Dayun, dan masuk Gate Camp Zamrud di Dayun (Security Gate Zamrud) melalui jaringan Jalan Konsesi BOB PT Bumi Siak Pusako (BSP).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.