Sepertinya menulis kisah cinta yang mengakui bahwa dirinya sangat bodoh, cukup berat. Tapi, kadang kebodohan membutuhkan kejujuran untuk diceritakan. Seperti kisahku tentang sedihnya diputusin pacar.
Sebut aja namaku Uya. Jadi singkat cerita, sekian lama aku merajut hubungan pada tanggal 8 november 2014 kepada dedek. Saat itu hubungan kami romantis, suka duka pun kami lewati hehehe pasti kalian tau lah rasanya.
Nah sebenarnya sih setiap hubungan punya tujuan, terlebih lagi setelah kami lama merajut hubungan. Hari-hari kami lewati dan bulan juga kami lewati, hingga tiba di akhir kelulusan SMA kami pun merayakannya.
Kami memiliki tujuan, dia kuliah mengambil jurusan ekonomi. Sementara diriku pun bertekat untuk tes polisi yang pada waktu itu penerimaan polisi pada 4 april 2015.
Mulai dari awal tes dan keseluruhannya aku pun disemangati dedek. Hal tersebut membuatku makin optimis, hehehe. Pada tes selanjutnya aku dinyatakan tidak lulus tes tahap ke-4.
Namun hal tersebutlah yang membuat dedek mulai berangsur berubah. Dari dulunya perhatian, yang biasanya bawel berubah total tidak seperti awal pacaran.
Tak lama kemudian keluar perkataan putus dari si dedek. Sementara itu diriku hanya terdiam dan sedih, sambil berkata dalam hari mungkin ini yang dinamakan tidak jodoh.
Aku sebagai penulis berpesan kepada Encik dan Puan, jangan berpikir buruk dulu saat diputusin karena tidak bisa menggapai cita-cita. Namun tetap optimis saja kita bakal bisa sukses, yang penting jangan menyerah dan putus asa.
Seperti lirik sebuah lagu yang kini hits, Tetap selow, jodoh gak bakalan ke mana.