WWF menggandeng pelaku pariwisata lewat ASITA Riau untuk menggembangkan ekosiwata di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau.
“Kami harap kerjasama dengan ASITA bisa lebih memajukan potensi TNTN,” kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar, di Pekanbaru, Sabtu lalu (4/5).
Ia mengatakan, WWF mengajak rombongan dari ASITA Riau untuk berkunjung melihat potensi ekowisata TNTN selama dua hari pada 4-5 Mei. Mereka akan diajak untuk melihat potensi wisata dengan mengunjungi kamp “Flying Squad” untuk berkeliling dengan gajah Sumatera jinak di taman nasional.
Selain itu, rencananya mereka juga akan mengunjungi usaha masyarakat disekitar taman nasional yang mengembangkan potensi madu hutan dari pohon Sialang.
“Sebenarnya rute untuk ekowisata di TNTN sudah ada, tinggal dipromosikan lebih banyak lagi,” ujarnya.
Menurut dia, TNTN memiliki potensi ekowisata yang cukup tinggi yang mampu menyedot kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 900 orang tiap tahun. Ekowisata TNTN kini dikelola bersama antara Balai TNTN di bawah Kementerian Kehutanan, serta oleh Kelompok Masyarakat Peduli Wisata (Kempas) yang dibantu oleh WWF.
Ia mengatakan sejak Kempas berdiri pada bulan Oktober 2010 hingga saat ini telah memfasilitasi tamu yang kebanyakan dari mancanegara sebanyak kurang lebih 450 orang. Wisatawan asing yang tercatat pernah berkunjung ke TNTN berasal dari Swedia, Singapura, Inggris dan Jerman.
Selama ini ekowisata TNTN menawarkan sejumlah paket wisata berupa menyusuri hutan, berperahu di sungai, patroli bersama tim gajah Flying Squad, dan pemanenan madu hutan Sialang secara lestari.
Kementerian Kehutanan menetapkan Tesso Nilo sebagai kawasan konservasi Taman Nasional, yang sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas, dengan luas mencapai 83.068 hektare (ha). Sebagian besar kawasan itu berada di Kabupaten Pelalawan, sebagian kecil di Kabupaten Indragiri Hulu.
TNTN sempat mengalami perluasan dari tahap pertama berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 seluas 38.576 ha, kemudian melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 ditambah sekitar 44.492 ha.
Kawasan itu merupakan habitat asli dari gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus).
Sumber : Antara Riau